Kukira, dengan berlalunya banyak hari, kaupun akan begitu di hatiku. Tapi ternyata aku salah. Semakin hari, kau selalu hadir membayang di mataku. Awalnya aku bahagia dengan keputusanmu, namun sekarang aku yang terluka.
Katakan padaku, apa yang harus kulakukan? Nalarku meragukan kesungguhanmu, tetapi jiwamu telah menali hatiku. Kau tau? Dulu, sekalipun aku tak pernah memikirkanmu, membayangkan wajahmu apalagi menginginkanmu. Tapi sekarang, semua impianku adalah tentang dirimu.
Sungguh, betapa penting urusan ini bagiku. Kau telah menggelisahkan rasaku, kau berhasil mengacak-acak pikiranku dan kaulah laki-laki pertama yang sukses mendapatkan air mataku. Aku menangis karena menahan rindu padamu. Bisakah kau rasakan rasaku ini?
Kau pernah bertanya tentang rasaku padamu dan kubilang tak ada yang istimewa. Itu benar, dulu. Bahkan beberapa hari yang lalu masih seperti itu. Hingga pagi tadi, kudapati ada bulir bening basah di pipiku mengingatmu. Hatiku bergetar. Dan getar itulah yang kucari selama ini. Apakah itu cinta? Ya, kukatakan padamu, “maaf, aku mencintaimu”.
Sekarang kau sudah tau pengakuanku. Tak perlu lagi ada yang dijelaskan atau diragukan di sini. Aku tidak akan menunggumu datang menjemputku. Karena bila pun kau belum datang, pada saatnya nanti aku yang akan datang padamu. Dirimu siap atau tidak siap, aku tak peduli.
Sekarang kau sudah tau pengakuanku. Tak perlu lagi ada yang dijelaskan atau diragukan di sini. Aku tidak akan menunggumu datang menjemputku. Karena bila pun kau belum datang, pada saatnya nanti aku yang akan datang padamu. Dirimu siap atau tidak siap, aku tak peduli.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar