9 Mar 2011

Aku Akhwat dan Aku Worker


Sudah lama ingin menulis tentang kisah sedihku sebagai seorang akhwat yang bekerja di lingkungan yang sangat jauh dari kata “save”. Tapi otakku selalu buntu, tanganku selalu lesu saat mulai menari di atas keyboard. Tapi kali ini, sudah  kubulatkan tekad dengan semangat 45 untuk mewujudkan satu tulisan tentang tema akhwat pekerja. Berharap masih ada tulisan selanjutnya dengan tema yang sama. Amin, Insya Allah.

Batam, dulu..ketika masih di kampus, batam selalu menduduki posisi terbontot dari tempat yang ingin kukunjungi di Indonesia ini, apalagi sampai mau menghabiskan waktu untuk tinggal dan bekerja selama bertahun-tahun di Batam..hmmm..Jauh- jauh deh.  Tapi, takdir berkata lain. Magnetnya tidak dapat kutolak, malah semakin manarikku dengan kuat untuk menjejakkan kaki di negeri seribu pulau ini. Bismillah saja, dan sampelah saya di Batam dan hingga hari ini tercatat sudah hamper 2 tahun saya menjadi penduduk Batam.

Kedatangan saya di Batam tak lain dan tak bukan adalah bahwa saya ingin mencari beberapa suap nasi, pengen mandiri tanpa harus merepotkan orang tua lagi dalam urusan keuangan pribadi dan pastinya pengen melaksanakan salah satu perintah Allah SWT yakni melakukan perjalanan di Bumi Allah ini. Hmmm…Alhamdulillah, dan dari Batam inilah saya banyak melakukan perjalanan yang  Start pertamanya adalah di sini.

Gayung bersambut, malang tak mendekat, rejeki sudah ditentukan, Alhamdulillah dapat kerjaan. Allah mentakdirkan saya mendapatkan rupiah perdanaku dengan bekerja di Galangan Kapal. Yah, Galangan Kapal. Klo orang-orang di kampungku difikirnya saya ikut berlayar sama kapalnya. Soalnya kebanyakan keluargaku itu menjadi awak kapal, tapi semuanya laki-laki. Mungkin mereka fikir saya laki-laki kali makanya jadi ABK. Hehehe…Maklumlah, saya ini anak laki-laki (dianggap) satu-satunya di rumah.

Sebenarnya saya juga awalnya tidak punya bayangan tentang bagaimana detail kerjaan di sebuah Galangan Kapal, jadi istilahnya saya go ahead  saja. Awalnya agak kagok juga sih karena di tempat kerja tersebut kita diwajibkan mengenakan warepack alias overall bin baju bengkel. Udah kebayang kan? Saya ini akhwat fikirku, saya sudah lama tidak menggunakan pakaian yang berbentuk celana ketika ingin keluar rumah. Tapi, seperti itulah konsekuensinya. Klo tidak mau menggunakan pakaian seperti itu, ya silahkan saja dan carilah pekerjaan di tempat lain. Itulah tantangan pertamanya. Tantangan kedua, lagi-lagi menempatkan diri di lingkungan yang di dominasi oleh kaum Adam. Klo kita, perempuan maksudnya, jalan ke Yard (lapangan) atau mau liat-liat ke kapal, maka dapat dipastikan pemandangan yang tidak biasa bisa ditemukan di sini. Suitan bergemuruh, orang-orang pada tiba-tiba kena batuk berdahak jadi mesti banyak berdehem, bahkan kita bisa melihat banyak manusia bergelantungan kayak monyet di kapal demi melihat bahwa ada yang bukan sejenisnya yg sedang melintas. Gak peduli mau cantik ato tidak, yang penting perempuan dan bernyawa. Hehehe..Lucu deh…

Tantangan selanjutnya adalah di tempat saya bekerja, berinteraksi sama bule’ dan pale’ tidak bisa dihindarkan. Masalahnya saya tidak bisa berbahasa daerah saya, bahasa inggris. Little-little ji kutau kodong, tapi meskipun sedikit, minimal perbendaharaan kataku dalam bahasa Inggris lebih banyak daripada Bahasa Makassar. Ditambah lagi, klo pakle’nya bukan orang Inggris asli, missal Jepang, Korea, Rusia, India, de el el. Susah fahamnya, mereka ngomong apa, pengucapannya gak jelas gitu. So, saya selalu mengandalkan ‘The Power of Kepepet’. Saya kasi tips untuk bisa memahami maksud mereka, tidak perlu mengartikan semua apa yang diucapkan oleh mereka, cukup faham 1 atau 2 kata saja, insya Allah itu cukup sudah. Hehehe..dak percaya? Silahkan dibuktikan sendiri.  urusan sama bule’ belum selese sampe di sini. Budaya salaman. Nah, inilah masalahnya. Sampe detik ini, saya belum menemukan kata yang singkat dan jelas dalam bahasa Inggris untuk menolak dengan bijak uluran tangan mereka. Klo ada saran dari teman, tolong dibantu dong..

Masalah toilet juga tetap jadi tantangan yang cukup besar. Sebagai seorang muslimah, sebaiknya tidak menampakkan auratnya ke perempuan non Islam. Awalnya, ini selalu jadi pertanyaan yang melebihi dosis dokter klo ngasih resep, bisa lebih dari 3x sehari. Tapi lumayan juga, dengan rasa penasaran mereka itu kesempatan saya untuk fardiyah tetap terbuka lebar. Kata seorang teman, “Kiki ini, bahkan di toilet pun masih berdakwah”. Ya..abis, klo udah di luar toilet kesempatannya tinggal dikit. Bukan karena sibuk kerja, tapi karena sibuk ngerumpi ala ibu-ibu kompleks. Jadi saya juga sama dengan mereka, nimbrung dan ngerumpi. Astaghfirullah. Karena alasan itu jugalah saya mulai menggunakan jilbab langsung dan sangat jarang menggunakan jilbab segitiga yang sering saya gunakan ketika masih di kampus dulu. Kadang saya sangat merindukannya, rinduuuuu sangadh. Yang paling sedih bahwa identitas keakhwatanku tenggelam bersama overall yang kegedean membaluti tubuhku ditambah lagi jacket yang tak pernah lupa tuk kugunakan. Kadang ketika akan berangkat kerja atau sepulang dari kantor kemudian di tengah perjalanan bertemu dengan akhwat, ingin rasanya saya sampaikan secara langsung bahwa saya juga akhwat, sama seperti mereka. Tapi apa daya, emang tampangnya dasarnya preman. Jadi tetap saja kuucapkan salam ke mereka sebagaimana kebiasaan yang dulu sering kulakukan di kampus ketika berpapasan dengan perempuan yang berjilbab lebar. Ah..sungguh kurindukan ucapan salam hangat itu saudaraku, jabatan erat yang penuh energy, cipika-cipiki yang mengakrabkan dan pelukan yang mendamaikan. Hiksss..netes deh..

Berada di tengah-tengah kaum Adam sudah bukan hal yang tidak biasa bagi saya, meskipun saya tidak memiliki saudara laki-laki tapi sejak kecil sampe kuliah teman-teman bergaulku memang kebanyakan laki-laki. Hal ini cukup membuatku bisa membentengi diri dengan tidak cepat ke-GEER-an sama perhatian laki-laki, dan tentu saja bagaimana memperlakukan teman laki-laki biar tidak GEER balik. Ada yang bilang, mungkin saya sudah mati rasa…iya mungkin juga sih, soalnya saya memandang mereka semua sama, tidak ada yang special di mataku apalagi hatiku. Dan saya merasa sangat beruntung bahwa Allah mempertemukan saya dengan beberapa orang yang berprinsip sama bahwa pacaran itu adalah hal yang sia-sia, mereka tidak tarbiyah, alasan mereka untuk tidak pacaran pun meskipun bukan karena agama tapi tetap saja mewakili dari prinsip mengapa pacaran dalam islam itu diharamkan. Itu cukup menguatkanku, bahwa saya tidak sendiri di sini.

Beda daerah, maka kita akan menemukan berbagai kultur budaya, suku dan karakter yang berbeda pula. Subhanallah, di sini saya menemukan banyak wisata hati, wisata karakter dan wisata kuliner. Dari sabang sampe Merauke, ada di sini. Mau orang-orangnya ataupun jenis makanannya. Semuanya, ada di sini. Di Batam ini, mau dapat fasilitas abal-abal sampe SI (Standart Internasional) juga ada di sini. Klo di dunia ada China yang jago dalam inovasi dan renovasi, nah klo di Indonesia, Batam inilah Chinanya. Hehehe..

Saya pun menemukan masalah ketika pertama kali ikut liqo’ di sini. Liqo’ sama orang-orang yang tidak pernah kukenal sama sekali, umahat pula. What? Sejenak ingin mundur kala itu, saya tidak biasa bergaul dengan ibu-ibu, fikirku.  Sempat 2 kali pertemuan saya tidak datang dengan alasan kurang enak badan. Memang sih, kondisi fisikku sangat drop ketika pertama kali bekerja.  Dari pagi sampe sore di tempat kerja, cukup menguras energy jadi beberapa bulan awal-awal kerja saya habiskan dengan ngantor dan tidur. Pernah ketika menuju tempat liqo’, di tengah perjalanan saya langsung berbalik pulang ke rumah. Masih shock dengan kenyataan bahwa saya liqo’ bersama umahat-umahat. Sepertinya saya salah masuk kamar. Lama saya berfikir, saya mau ngapain lagi klo tidak liqo’. Alhamdulillah akhirnya saya memutuskan untuk kembali liqo’ di pekan selanjutnya. Dan Subhanallah, sungguh indah persaudaraan yang dibangun di atas cinta karena Allah. Ana uhibbukum fillah..

Mengenai dunia dakwah…saya malu kawan, masihkah saya layak dikatakan sebagai aktifis dakwah??? Saya merasa tidak lagi memiliki konstribusi di sini. Hiksss..sedih lagi. Dunia kerja telah merenggut hampir seluruh waktuku. 1x sepekan, hanya itu yang bisa kuberikan untuk diriku. Tak ada lagi lingkaran-lingkaran kecil yang menantiku. Saya sudah lupa cara “membina”, meskipun rasa indahnya masih membekas dalam di sanubari. Membaca status-status kalian di Facebook tentang Aksi-Aksi KAMMI, atau Munasharo Palestine yang kalian lakukan membuatku iri, sangat iri. Kurindukan masa-masa DS (Direct Selling) bersama kalian, kurindukan terik matahari yang membakar kulit di tengah aksi, kurindukan kucuran keringat untuk setiap langkah menyusuri  jalan-jalan kota Makassar, kurindukan teriakan takbir membahana dan kepalan tangan di Tol Reformasi atau di depan gedung DPRD, kurindukan linangan air mata karena memikirkan kebaikan anak orang lain, memikirkan umat kata kita, kurindukan setiap syuro’-syuro’ berisi ide brillian dari kalian tentang sebuah peradaban. Yaa Muqallibal quluub, tsabbit qalbi ‘alaa diinik.

Kupesankan untuk kalian yang masih berstatus Aktivis Dakwah Kampus, jangan pernah merasa cukup dengan apa yang kalian dapatkan di kampus. Jangan pernah menyurutkan langkah atau berkata berhenti sejenak untuk sekedar entertaint diri. Karena di kampuslah kalian bisa membangun pondasi-pondasi yang kokoh, jika ia rapuh, makan jangan berharap kamu bisa bertahan di tiup angin kencang di luar istana indahmu, kampus. Di luar kampuslah tempat kita akan melihat sejauh mana tarbiyah telah membentuk jiwa-jiwa kita. Jika kalian banyak melihat yang berguguran ketika masih di kampus, maka di luar sana masih lebih banyak yang telah berguguran. Dan semoga kita bukanlah termasuk yang berguguran itu. Amin..

Semoga Allah memampukan kita dalam keistiqomahan. Amin.. Masih banyak yang ingin saya tuliskan di sini, tapi mata sudah ngantuk berat, besok mesti pagi-pagi berangkat kerja seperti biasanya dan pekerjaan yang menumpuk sedang menanti. Di saat fikiran mumet karena pekerjaan inilah yang kadang-kadang bisa menstimulus ottakku untuk berwisata bersama jari jemariku. Wahai jiwa, ingatlah selalu pada Tuhanmu…

Wallahu’alam..

8 Mar 2011

Cinta karena Allah apa Cinta karena Pandangan???


Terinspirasi dari artikel yang saya baca semalam, jadi tidak sabar untuk sedikit mengulangi kembali cerita tersebut dan berbagi dengan para pembaca setiaku, diriku sendiri. Hehehe… Artikelnya cukup mengusik hati melihat pada kenyataan dalam keseharian yang memang sering ditemukan kasus seperti itu. Jadi saya fikir tidak ada salahnya mengangkat cerita ini dalam sudut pandangku dan mencoba menghubungkannya dengan pengalaman pribadi dan pengalaman hidup orang lain. Semoga bisa bermanfaat untuk diri saya pribadi utamanya dan bagi siapa saja yang sempat singgah sejenak melototi tulisan ngawurku ini. J
Tersebutlah seorang akhwat, aktivis dakwah kampus yang begitu cantik dan sangat aktif dalam pergerakan dakwah yang diikutinya. Tidak hanya cantik, tapi dia juga cerdas. Maka tidak heran jika sejak jaman kejahiliaannya sampai hijrahnya banyak kaum Adam yang cenat-cenut memikirkan bagaimana cara menaklukkan hatinya. Karena hal itu jugalah yang membuatnya semakin mantap untuk memilih jalan dakwah sebagai hijabnya dengan harapan keputusan tersebut akan mengurangi fitnah yang menderanya. Namun, ditengah perjalanannya ternyata fitnah tersebut semakin meningkat yang datangnya tidak hanya dari laki-laki ammah namun juga datangnya dari laki-laki yang biasa digelari ikhwan. Hmmm…sangat menarik tuk dibahas menurutku, karena memang pada kenyataannya tidak sulit menemukan kasus seperti ini dalam perhelatan dunia perakhwatan/ perikhwanan.
Lanjut cerita dari akhwat tersebut, suatu saat dia menerima surat cinta dari seorang ikhwan. Meskipun ini bukanlah yang pertama dari kalangan ikhwan, tapi ini sudah sangat cukup mengganggu prinsip dan keyakinannya. Bukannya dia tidak kuat akan godaan tersebut, akan tetapi surat itu datangnya dari seorang ikhwan yang dianggapnya begitu istiqomah, memiliki kefahaman yang tinggi yang menurutnya tidak ada yang menyangsikan akan kualitas dan kapasitas ikhwan tersebut. Namun apa yang terjadi, ternyata predikat ikhwan, aktivis dakwah, pengemban warisan para Rasul itu juga tidak bisa mengeluarkan dirinya dari fitnah dunia berupa fitnah wanita.
Hal itulah kemudian yang menjadi pertanyaan akhwat tersebut di sela sujud panjangnya dan di setiap khalwatnya bersama Rabbnya. Mengapa semua ini terjadi yaa Rabb? Apakah masih kurang usahaku dalam menjaga hijabku? Tak pantaskah aku dicintai karena agamaku bukan karena kecantikanku? Sebegitu rendahnyakah imanku sehingga mereka lebih memilihku hanya karena fisik ini? Ohhh… sungguh ini sangat menyakitkan yaa Rabb.
Hmmm..jadi gini yah perasaan cewek cantik yang beriman klo lagi digandrungi sama ikhwan? Kirain bakal melambung tinggi, tinggi dan tinggiiiiiiiiiiiiii skali… Maaf yah saudariku yang cantik, diriku baru nyadar sekarang akan perasaan kalian, maklum saya sangat cantik, jadinya udah merasa ga’ level lagi sama “mereka”. Hehehe…
Mungkin kita pernah mendapatkan cerita dalam dunia aktivis dakwah akan adanya cinta lokasi antar para personelnya. Berawal dari intensitas pertemuan dalam syuro’, aksi-aksi, baksos dan ataupun berbagai kegiatan sosial lainnya. Intensnya interaksi ini membuat sebuah keakraban yang begitu menyentuh hati. Apalagi bila lampu hijau dari 2 arah yang berlawanan ini ternyata sama-sama menyala. Apa yang terjadi, yah terjadilah… Akhirnya muncullah istilah yang sering kita dengar yaitu “system tunjuk”. Ustadz, saya mau ta’arruf sama akhwat A, Fakultas B, Jurusan C, de el el. Nah, untung-untung klo minta ta’arrufnya dimediasi oleh sang ustadz, yang ada tuh kebanyakan sudah ada pembicaraan dari kedua belah pihak melalu telepati, Telephon dan Chating.. Wuihhh… ada yang tersinggung gak? Ga yah, soalnya saya yakin teman-temanku yang baca tulisan ini adalah laki-laki yang sholeha dan perempuan yang sholeh..
Klo boleh saya bertanya dan tolong teman-teman semua jawab dengan jujur dan logis. Jika, apabila, andai dan bila ada seseorang yang kemudian mendatangimu dan mengungkapkan perasaan hatinya untuk menjadikanmu pasangan hidupnya, maka apa yang pertama kali terlintas di fikiranmu? Senangkah? Atau sedihkah? Apalagi pada saat itu kamu ditakdirkan lahir dengan fisik yang menawan dan mengenai ibadahmu kamu merasa masih biasa-biasa saja, tidak begitu baik dari kebanyakan dan memiliki banyak kekurangan. Dan lagi, kamu tahu betul bahwa orang tersebut ngerti dan faham bagaimana agama Islam memuliakan wanita. Dalam kasus ini rasanya tak perlulah kita melakukan pembenaran dengan bercerita tentang bagaimana Allah mempertemukan Khadijah dengan Muhammad atau kisah Ali Bin Abi Tholib dengan Fatimah putri Rasulullah. Keimanan kita jauh dari mereka, misi yang ditetapkan Allah bagi mereka adalah misi ilahiah untuk seluruh alam sementara kita..hmmm..tanyakan pada rumput yang bergoyang! Mungkin kita memiliki misi Ilahiah tersebut, namun siapa yang bisa memberikan jaminan bahwa hati kita sudah dapat memurnikan niat-niat kita dari jeratan hawa nafsu.
Sebenarnya saya tidak ingin berdzu’uson, tapi banyak hal yang susah tuk saya fahami dengan kenyataan-kenyataan yang berserakan di depan mata. Bukankah ketika hati sudah mulai condong pada satu sosok maka cinta karena Allah pun akan di nomor duakan? Dan parahnya lagi ketika hati itu sudah terkotori oleh perasaan sombong. Merasa baik, merasa beriman, merasa ibadahnya sudah cukup hingga ia merasa pantas dan melayakkan dirinya untuk mendapatkan apa yang dianggapnya baik dan indah di mata dan hatinya. Tidak percaya? Coba fikirkan lagi klo gitu, dan jawablah dengan hati yang jujur. Tidak perlu jawabnya sama saya, cukup di jawab dalam hati.
Adalah hal yang fitrah bagi manusia ketika merasakan ketertarikan terhadap lawan jenisnya, itu manusiawi, sangat manusiawi. Hanya saja terkadang kita terlalu egois dan memperturutkan hawa nafsu. Kita hanya peduli pada perasaan kita sendiri dan seakan-akan lupa atau pura-pura lupa dengan perasaan Allah terhadap kita. Sungguh Allah amat cemburu. Cemburu dengan hati kita yang lebih didominasi oleh selain-Nya. Apalagi jika kita lebih banyak menyebut nama makhlukNya daripada Asma-Nya, lebih banyak menghadirkan wajah makhlukNya daripada keagungan-Nya. Tak malukah kita pada diri sendiri saat menyebut nama wanita atau laki-laki lain yang tidak dihalalkan oleh Allah dalam doa-doa kita? Apa yang akan kamu katakana pada istri atau suamimu kelak??? Jika benar kita mencintai seseorang karena Allah, lalu mengapa tidak mencoba mengikhlaskannya pada ketentuan Allah? Bukankah cinta itu membutuhkan pengorbanan? Tapi mengapa kita tidak mengorbankan cinta terhadap makhluk itu untuk kecintaan kita kepada Allah???
Saya punya cerita tentang seorang teman laki-laki. Dia tidak tarbiyah dan tidak pula ikut salah satu kelompok majelis/pengajian manapun. Suatu saat dia mengatakan niatnya bahwa dia ingin mencari seorang istri yang sholehah. Kemudian saya tanya teman tersebut, dia mau kirteria yang bagaimana, asalnya dari mana dan atau mungkin dia pernah suka dengan seorang teman saya sesama aktivis di kampus dulu. Kemudian dia jawab, “Terserah Kiki, siapapun yang menurut Kiki baik maka saya percaya dengan pilihan Kiki”. What??? Saya hanya bisa tercengang beberapa saat lamanya. Antara mau percaya dengan tidak, tapi begitu yang tertulis di layar Chat Room-ku. Subhanallah… Ada sesuatu yang panas di mataku, menetes dan basah. Ternyata di dunia ini masih ada lelaki seperti itu. Padahal, jika dia mau memilih maka dia bisa menyebutkan satu nama. Rasanya dia cukup banyak mengenal wajah-wajah akhwat yang bertebaran di kampus, tapi dia malah minta dipilihkan oleh diriku.
Apa hikmah yang bisa kita ambil dari teman saya tersebut? Banyak, banyak dan banyak sekali. Sungguh saya amat kagum dengan cara dia menjemput jodohnya yang telah ditetapkan Allah untuknya. Dia memilih jalan yang benar dengan tidak menodai hatinya terlebih dahulu, tidak mengotori hatinya dengan pandangan nafsunya dan yang paling penting bahwa dia mau senantiasa memperbaiki diri. Mungkin ada yang berfikir dia jelek kali, makanya pasrah aja. Hmmm..terserah kalian mo bilang apa, yang jelasnya dia lebih ganteng dari kamu, dan lebih cerdas dari kamu. Saya bukan tipe orang yang suka bilang cerdas loh ke orang lain, tapi untuk temanku yang satu ini, menurutku dia cerdas, kami cukup sering diskusi waktu masih sama-sama di kampus. Diskusi bukan DEBAT. Semoga Allah memeluk niat muliamu saudaraku. Allah tahu yang terbaik untuk setiap hambaNya yang mencintaiNya lebih dari cintanya pada apapun di dunia ini.
Karena itulah hingga detik ini saya tidak pernah percaya dengan orang-orang yang mengatakan aku mencintaimu karena Allah kepada laki-laki atau perempuan yang dia inginkan untuk jadi pendampingnya ketika mata sudah memandang, komunikasi sudah terjalin dan interaksi sudah tercipta. Sulit mempercayainya. Jadi bikin penyakit hati saja, zdu’uson mulu sama orang kaya’ gituan tapi mau diapalagi inilah bagian dari kebebasan berekspresi. Jadi maaf. Klo ada yang tidak terima dengan pernyataanku ini, silahkan saja laporkan ke Komnasham, justru itu labih bagus, siapa tau dengan adanya isu seperti ini 1 UU bisa di goal-kan.
Setiap orang memiliki caranya sendiri dalam mendapatkan yang terbaik dalam hidupnya. Dan saya yakin bahwa kita semua sangat sadar bahwa tidak semua yang indah di mata kita, baik menurut akal kita adalah yang terbaik untuk kita. Karena dari sekian banyak manusia terbaik yang diciptakan Allah di Bumi ini, maka akan ada satu yang terbaik dan paling cucok buat kita. Itu sudah menjadi ketetapan Allah, yang perlu kita lakukan hanyalah memaksimalkan usaha kita dengan cara yang baik. Jadi tidak perlu khawatir dengan persoalan jodoh, cepat atau lambat pasti jodoh itu akan ketemu juga. Jadi, ayo semangat!!! Menasehati dan menyemangati diri sendiri nih jadinya. xixixi...
Sekarang keputusannya ada di tangan kita, mau pake cara apa menjemput jodohnya. Mau pake mobil boleh, pesawat boleh, Kapal boleh, becak juga boleh. Yang penting ga pake kura-kura aja, kapan nyampenya klo gitu? Hehehe… Teringat perkataan seseorang, “Hidup ini seperti berada diantara 2 huruf, B dan D, ditengahnya ada C. B itu Birth dan D itu Death sedangkan C adalah Choice. Hidup ini memberikan lebih dari 1001 pilihan, tapi hakikat dari pilihan itu adalah baik dan buruk. Ada banyak cara baik, cara buruk pun tidak kalah banyak adanya”. So, tentukan pilihanmu anak muda!!!
Astaghfirullah al ‘adzhim, semoga Allah mengampuni saya dan mengampuni kita semua. Tulisan ini saya buat sebagai refleksi diri dan pengingat diri ketika hati mulai lelah dalam penantian panjang, di saat kaki mulai melemah dalam melangkah. Berharap diri tidak terjerembab dalam kehinaan dan menghinakan diri karena tidak sabar dengan janji Allah. Tetap menjaga semangat dalam membaikkan diri dan memelihara harapan dan persangkaan baik kepada Allah pemilik segala kebaikan di alam ini. Sungguh Engkau Maha tahu akan apa yang tersembunyi dalam hati ini Yaa Allah…

Wallahu’alam..