9 Mar 2011

Aku Akhwat dan Aku Worker


Sudah lama ingin menulis tentang kisah sedihku sebagai seorang akhwat yang bekerja di lingkungan yang sangat jauh dari kata “save”. Tapi otakku selalu buntu, tanganku selalu lesu saat mulai menari di atas keyboard. Tapi kali ini, sudah  kubulatkan tekad dengan semangat 45 untuk mewujudkan satu tulisan tentang tema akhwat pekerja. Berharap masih ada tulisan selanjutnya dengan tema yang sama. Amin, Insya Allah.

Batam, dulu..ketika masih di kampus, batam selalu menduduki posisi terbontot dari tempat yang ingin kukunjungi di Indonesia ini, apalagi sampai mau menghabiskan waktu untuk tinggal dan bekerja selama bertahun-tahun di Batam..hmmm..Jauh- jauh deh.  Tapi, takdir berkata lain. Magnetnya tidak dapat kutolak, malah semakin manarikku dengan kuat untuk menjejakkan kaki di negeri seribu pulau ini. Bismillah saja, dan sampelah saya di Batam dan hingga hari ini tercatat sudah hamper 2 tahun saya menjadi penduduk Batam.

Kedatangan saya di Batam tak lain dan tak bukan adalah bahwa saya ingin mencari beberapa suap nasi, pengen mandiri tanpa harus merepotkan orang tua lagi dalam urusan keuangan pribadi dan pastinya pengen melaksanakan salah satu perintah Allah SWT yakni melakukan perjalanan di Bumi Allah ini. Hmmm…Alhamdulillah, dan dari Batam inilah saya banyak melakukan perjalanan yang  Start pertamanya adalah di sini.

Gayung bersambut, malang tak mendekat, rejeki sudah ditentukan, Alhamdulillah dapat kerjaan. Allah mentakdirkan saya mendapatkan rupiah perdanaku dengan bekerja di Galangan Kapal. Yah, Galangan Kapal. Klo orang-orang di kampungku difikirnya saya ikut berlayar sama kapalnya. Soalnya kebanyakan keluargaku itu menjadi awak kapal, tapi semuanya laki-laki. Mungkin mereka fikir saya laki-laki kali makanya jadi ABK. Hehehe…Maklumlah, saya ini anak laki-laki (dianggap) satu-satunya di rumah.

Sebenarnya saya juga awalnya tidak punya bayangan tentang bagaimana detail kerjaan di sebuah Galangan Kapal, jadi istilahnya saya go ahead  saja. Awalnya agak kagok juga sih karena di tempat kerja tersebut kita diwajibkan mengenakan warepack alias overall bin baju bengkel. Udah kebayang kan? Saya ini akhwat fikirku, saya sudah lama tidak menggunakan pakaian yang berbentuk celana ketika ingin keluar rumah. Tapi, seperti itulah konsekuensinya. Klo tidak mau menggunakan pakaian seperti itu, ya silahkan saja dan carilah pekerjaan di tempat lain. Itulah tantangan pertamanya. Tantangan kedua, lagi-lagi menempatkan diri di lingkungan yang di dominasi oleh kaum Adam. Klo kita, perempuan maksudnya, jalan ke Yard (lapangan) atau mau liat-liat ke kapal, maka dapat dipastikan pemandangan yang tidak biasa bisa ditemukan di sini. Suitan bergemuruh, orang-orang pada tiba-tiba kena batuk berdahak jadi mesti banyak berdehem, bahkan kita bisa melihat banyak manusia bergelantungan kayak monyet di kapal demi melihat bahwa ada yang bukan sejenisnya yg sedang melintas. Gak peduli mau cantik ato tidak, yang penting perempuan dan bernyawa. Hehehe..Lucu deh…

Tantangan selanjutnya adalah di tempat saya bekerja, berinteraksi sama bule’ dan pale’ tidak bisa dihindarkan. Masalahnya saya tidak bisa berbahasa daerah saya, bahasa inggris. Little-little ji kutau kodong, tapi meskipun sedikit, minimal perbendaharaan kataku dalam bahasa Inggris lebih banyak daripada Bahasa Makassar. Ditambah lagi, klo pakle’nya bukan orang Inggris asli, missal Jepang, Korea, Rusia, India, de el el. Susah fahamnya, mereka ngomong apa, pengucapannya gak jelas gitu. So, saya selalu mengandalkan ‘The Power of Kepepet’. Saya kasi tips untuk bisa memahami maksud mereka, tidak perlu mengartikan semua apa yang diucapkan oleh mereka, cukup faham 1 atau 2 kata saja, insya Allah itu cukup sudah. Hehehe..dak percaya? Silahkan dibuktikan sendiri.  urusan sama bule’ belum selese sampe di sini. Budaya salaman. Nah, inilah masalahnya. Sampe detik ini, saya belum menemukan kata yang singkat dan jelas dalam bahasa Inggris untuk menolak dengan bijak uluran tangan mereka. Klo ada saran dari teman, tolong dibantu dong..

Masalah toilet juga tetap jadi tantangan yang cukup besar. Sebagai seorang muslimah, sebaiknya tidak menampakkan auratnya ke perempuan non Islam. Awalnya, ini selalu jadi pertanyaan yang melebihi dosis dokter klo ngasih resep, bisa lebih dari 3x sehari. Tapi lumayan juga, dengan rasa penasaran mereka itu kesempatan saya untuk fardiyah tetap terbuka lebar. Kata seorang teman, “Kiki ini, bahkan di toilet pun masih berdakwah”. Ya..abis, klo udah di luar toilet kesempatannya tinggal dikit. Bukan karena sibuk kerja, tapi karena sibuk ngerumpi ala ibu-ibu kompleks. Jadi saya juga sama dengan mereka, nimbrung dan ngerumpi. Astaghfirullah. Karena alasan itu jugalah saya mulai menggunakan jilbab langsung dan sangat jarang menggunakan jilbab segitiga yang sering saya gunakan ketika masih di kampus dulu. Kadang saya sangat merindukannya, rinduuuuu sangadh. Yang paling sedih bahwa identitas keakhwatanku tenggelam bersama overall yang kegedean membaluti tubuhku ditambah lagi jacket yang tak pernah lupa tuk kugunakan. Kadang ketika akan berangkat kerja atau sepulang dari kantor kemudian di tengah perjalanan bertemu dengan akhwat, ingin rasanya saya sampaikan secara langsung bahwa saya juga akhwat, sama seperti mereka. Tapi apa daya, emang tampangnya dasarnya preman. Jadi tetap saja kuucapkan salam ke mereka sebagaimana kebiasaan yang dulu sering kulakukan di kampus ketika berpapasan dengan perempuan yang berjilbab lebar. Ah..sungguh kurindukan ucapan salam hangat itu saudaraku, jabatan erat yang penuh energy, cipika-cipiki yang mengakrabkan dan pelukan yang mendamaikan. Hiksss..netes deh..

Berada di tengah-tengah kaum Adam sudah bukan hal yang tidak biasa bagi saya, meskipun saya tidak memiliki saudara laki-laki tapi sejak kecil sampe kuliah teman-teman bergaulku memang kebanyakan laki-laki. Hal ini cukup membuatku bisa membentengi diri dengan tidak cepat ke-GEER-an sama perhatian laki-laki, dan tentu saja bagaimana memperlakukan teman laki-laki biar tidak GEER balik. Ada yang bilang, mungkin saya sudah mati rasa…iya mungkin juga sih, soalnya saya memandang mereka semua sama, tidak ada yang special di mataku apalagi hatiku. Dan saya merasa sangat beruntung bahwa Allah mempertemukan saya dengan beberapa orang yang berprinsip sama bahwa pacaran itu adalah hal yang sia-sia, mereka tidak tarbiyah, alasan mereka untuk tidak pacaran pun meskipun bukan karena agama tapi tetap saja mewakili dari prinsip mengapa pacaran dalam islam itu diharamkan. Itu cukup menguatkanku, bahwa saya tidak sendiri di sini.

Beda daerah, maka kita akan menemukan berbagai kultur budaya, suku dan karakter yang berbeda pula. Subhanallah, di sini saya menemukan banyak wisata hati, wisata karakter dan wisata kuliner. Dari sabang sampe Merauke, ada di sini. Mau orang-orangnya ataupun jenis makanannya. Semuanya, ada di sini. Di Batam ini, mau dapat fasilitas abal-abal sampe SI (Standart Internasional) juga ada di sini. Klo di dunia ada China yang jago dalam inovasi dan renovasi, nah klo di Indonesia, Batam inilah Chinanya. Hehehe..

Saya pun menemukan masalah ketika pertama kali ikut liqo’ di sini. Liqo’ sama orang-orang yang tidak pernah kukenal sama sekali, umahat pula. What? Sejenak ingin mundur kala itu, saya tidak biasa bergaul dengan ibu-ibu, fikirku.  Sempat 2 kali pertemuan saya tidak datang dengan alasan kurang enak badan. Memang sih, kondisi fisikku sangat drop ketika pertama kali bekerja.  Dari pagi sampe sore di tempat kerja, cukup menguras energy jadi beberapa bulan awal-awal kerja saya habiskan dengan ngantor dan tidur. Pernah ketika menuju tempat liqo’, di tengah perjalanan saya langsung berbalik pulang ke rumah. Masih shock dengan kenyataan bahwa saya liqo’ bersama umahat-umahat. Sepertinya saya salah masuk kamar. Lama saya berfikir, saya mau ngapain lagi klo tidak liqo’. Alhamdulillah akhirnya saya memutuskan untuk kembali liqo’ di pekan selanjutnya. Dan Subhanallah, sungguh indah persaudaraan yang dibangun di atas cinta karena Allah. Ana uhibbukum fillah..

Mengenai dunia dakwah…saya malu kawan, masihkah saya layak dikatakan sebagai aktifis dakwah??? Saya merasa tidak lagi memiliki konstribusi di sini. Hiksss..sedih lagi. Dunia kerja telah merenggut hampir seluruh waktuku. 1x sepekan, hanya itu yang bisa kuberikan untuk diriku. Tak ada lagi lingkaran-lingkaran kecil yang menantiku. Saya sudah lupa cara “membina”, meskipun rasa indahnya masih membekas dalam di sanubari. Membaca status-status kalian di Facebook tentang Aksi-Aksi KAMMI, atau Munasharo Palestine yang kalian lakukan membuatku iri, sangat iri. Kurindukan masa-masa DS (Direct Selling) bersama kalian, kurindukan terik matahari yang membakar kulit di tengah aksi, kurindukan kucuran keringat untuk setiap langkah menyusuri  jalan-jalan kota Makassar, kurindukan teriakan takbir membahana dan kepalan tangan di Tol Reformasi atau di depan gedung DPRD, kurindukan linangan air mata karena memikirkan kebaikan anak orang lain, memikirkan umat kata kita, kurindukan setiap syuro’-syuro’ berisi ide brillian dari kalian tentang sebuah peradaban. Yaa Muqallibal quluub, tsabbit qalbi ‘alaa diinik.

Kupesankan untuk kalian yang masih berstatus Aktivis Dakwah Kampus, jangan pernah merasa cukup dengan apa yang kalian dapatkan di kampus. Jangan pernah menyurutkan langkah atau berkata berhenti sejenak untuk sekedar entertaint diri. Karena di kampuslah kalian bisa membangun pondasi-pondasi yang kokoh, jika ia rapuh, makan jangan berharap kamu bisa bertahan di tiup angin kencang di luar istana indahmu, kampus. Di luar kampuslah tempat kita akan melihat sejauh mana tarbiyah telah membentuk jiwa-jiwa kita. Jika kalian banyak melihat yang berguguran ketika masih di kampus, maka di luar sana masih lebih banyak yang telah berguguran. Dan semoga kita bukanlah termasuk yang berguguran itu. Amin..

Semoga Allah memampukan kita dalam keistiqomahan. Amin.. Masih banyak yang ingin saya tuliskan di sini, tapi mata sudah ngantuk berat, besok mesti pagi-pagi berangkat kerja seperti biasanya dan pekerjaan yang menumpuk sedang menanti. Di saat fikiran mumet karena pekerjaan inilah yang kadang-kadang bisa menstimulus ottakku untuk berwisata bersama jari jemariku. Wahai jiwa, ingatlah selalu pada Tuhanmu…

Wallahu’alam..

2 komentar:

  1. "Forgive me, im muslim/a ( hijaber ). It this forbidden to all hijaber like me to have phisical contact with every man, except my husband, thnk you"

    *coba nolong, tp bner g ya?? XD

    BalasHapus