15 Agu 2013

Honeymoon Backpacker Part 1: Batam – Singapore – Bangkok

Jauh hari sebelum memutuskan untuk menikah, rencana Honeymoon ala Backpacker ke 3 Negara ini (Singapore, Bangkok dan Kuala Lumpur) sudah terpahat jelas dalam alam pikiran, bahkan saya berani membuat janji pada diri sendiri, “jika saya menikah di usia 27 tahun maka semua biaya Backpackeran tersebut akan saya tanggung dengan duit pribadi, siapapun lelaki yang menjadi suamiku kelak”. Alhamdulillah, rencana itu mewujud dan janji pun telah tertunaikan.
Yeiiiiiiiiiiiiiiiiiiii... Finally, satu rencana telah tunai. Honeymoon Backpacker. Why i choose it? It is not only about money, but it is about life advanture. Apalagi dilakukan bersama dengan seseorang yang spesial yang diharapkan akan tetap menjadi spesial di dunia dan akhirat. Insya Allah...
Memang sih, dana saya cukup minim dan dalam hitung-hitungan saya, jika memilih bentuk perjalanan sebagai Traveller, tentu saja duit saya tidak akan cukup untuk 2 orang. Lagian, jalan-jalan pake jasa Travel tentu saja tidak menantang, toh kita tinggal terima jadi. Gak ada lagi tuh mau pusing mikirin Itenerary Planning-nya apalagi takut kesasar.
Berbeda dengan style backpacker, uji nyali menyata di hadapan. Seberapa bisa kita survive dengan tekanan-tekanan dan ketakutan-ketakutan yang muncul satu per satu. Seperti berada di Negeri antah-berantah, yang diandalkan hanya diri sendiri dan partner dan tentu saja Allah SWT.
Tapi kok Honeymoon-nya backpackeran yah? Gak salah tuh?
Yaaa gimana yah... justru saya melihat kesempatan di sini untuk saling mengenal dengan pasangan. Secara, backpacker itu sangat dekat dengan kehidupan yang serba kekurangan. Kurang uang, kurang tidur, kurang nyaman, kurang makan, dll. Hehehe... Inilah momen pembuktian, apakah kita telah memilih pasangan sang pengeluh, sang pengecut, sang pengendali, sang otoriter, atau sang kuriang... What???
So, berikut cerita kami... semoga ada yang bisa diambil manfaatnya.
Warning!!! Klo tidak kuat dengan curhatan, tidak usah dilanjutkan membacanya yah... soalnya saya tidak sedang dalam mood menulis dalam 2 versi, satu buat tujuan catatan backpacker dan satu lagi buat catatan hati... Tulisan ini jamak qhasar. Sebagaimana dalam perjalanan ini, kami banyak melakukan sholat jamak qhasar bahkan ada beberapa sholat yang harus di qadho’. :)
Tepat pukul 05.20 WIB, kami bertolak dari rumah ke Pelabuhan Ferry Batam Center. Sehari sebelumnya saya sudah meminta suami untuk cari supir Taxi yang available di waktu tersebut dengan tarif yang pas di kantong. Rp 60.000 untuk Jodoh – Batam Center, deal!!! Ticket Ferry pun sudah jauh hari saya persiapkan, kebetulan di kantor saya punya konpensasi Free Ticket Batam – Singapore 2 way termasuk untuk suami. Begitupun dengan Ticket Pesawat dari Singapore ke Bangkok. Sekitar 2 bulan sebelum menikah, saya sudah Booking Ticket AirAsia, Rp. 1.240.000 @ 2 orang.
Ada sedikit masalah dengan mata uang Thai Bath, beberapa tempat money changer yang kami datangi di Batam tidak menyediakan Bath. So, kami memilih menukarkan ke dalam Singapore Dollar (SGD) terlebih dahulu kemudian setelah sampai di Singapore barulah kami beli uang Bath. Totalnya adalah 6,5 Juta Rupiah, 1,5 juta rupiah untuk Ringgit Malaysia (RM) dan 5 Juta rupiah ke dalam SGD.
Tepat pukul 06.10 WIB, Ferry segera meluncur. Perjalanan ini memakan waktu ± 1 jam 15 menit. Setelah tiba di Harbour Front (Singapore) dan melewati Imigrasinya, kami langsung membeli uang Bath. 11 Ribu Thai Bath sudah di tangan.
Biar urusan MRT lebih mudah selama di Singapore, saya juga sudah meminjam EZ Link Card dari seorang teman buat suami (Thanks yah mbak Santi). Di sini kami mengeluarkan SGD 20 untuk top up EZ Link Card kami.
Karena pesawat kami akan berangkat pukul 14.40 Waktu Singapore, so tempat yang paling realistis untuk kami hanyalah Merlion Park. Kata suami, “Klo tidak punya foto sama patung Singa, itu belum bisa dibilang pernah ke Singapur”. Baiklah klo begitu...
Setelah (suami) puas berpose di Patung Singa dan waktu sudah menunjukkan pukul 11.00, kami langsung menuju Changi Airport. Awalnya agak bingung mencari letak terminal 1 tempat AirAsia mangkal, tapi ini Singapore coy... Klo takut kesasar, itu kebangetan deh... Map-nya lebih lengkap dari Peta yang ada di dalam Ransel Dora kok. Hehehe... Turun dari MRT, ikutin aja deh tanda panah yang ada di sana. Setelah itu pasti deh dapat Skytrain yang menuju ke Terminal 1.
Tiba di Terminal 1 kami langsung Check-In. Hmmmm... Bandaranya Gede banget yah... Betis udah sampe pegal-pegal nyari Gate pemberangkatan kami ke Bangkok. So, saran buat kalian yah... Sebaiknya kalian menuju Changi Airport minimal 3 jam sebelum waktu pemberangkatan klo tidak mau seperti diburu hantu di sana. Okkay...
Diriku tidak perlu menceritakan kemegahan dan fasilitas dari Bandara ini yah, takutnya tensi darah kalian pada naik mengingat apa-apa yang ada di Negara Indonesia tencinta, belum lagi saya tidak bisa menjamin apakah bisa menahan kalian untuk mengeluarkan sumpah serapah pada (oknum) Pemerintah kita atau tidak. So, be calm please! Hehehe... 
Perjalanan menuju Bangkok sekitar 2 jam. Oh yah, Zona Waktu Singapore/Malaysia = WITA dan waktu Bangkok = WIB. Perhatikan juga yah barang bawaan kalian, tidak perlu bawa air botol, soalnya bakal kena sita tuh sama petugas boarding.
Alhamdulillah, jam 4 sore tiba juga di Bandara Dong Mueng, Bangkok. Si Abi (panggilan untuk suami. Red) lucu pas diImigrasi, ditanya mau berapa hari di Bangkok sama petugas Imigrasi, si Abi malah bingung mau jawab apa. Bukannya dia gak ngerti English, tapi dia itu sama sekali tidak terlibat dalam pembuatan Itenerary Planning Backpacker kami. Semua perencanaan, baik masalah rute, masalah rincian biaya, dan apa-apa yang perlu dipersiapkan untuk dibawa selama backpacker, semuanya diserahkan bulat-bulat ke saya. So, ini adalah pelajaran buat yang ingin bepergian bersama teman ataupun dengan pasangannya, usahakan membuat rencana tersebut secara bersama-sama. Tidak masalah sih satu orang saja yang membuat rencana perjalanan, tapi yang tidak terlibat di dalam pembuatan rencana tersebut harus inisiatif bertanya dan berusaha memahami. Kalau yang si empunya rencana tidak sempat menjelaskan, apa susahnya bertanya sama Prof. Google???
Next problem, kami tidak punya Bath dalam pecahan kecil. 11 biji uang kertas Bath pecahan 1000an (1 Thai Bath = 321 IDR). Awalnya kami mau beli air mineral saja seharga 50 B/2 Botol, tapi penjualnya gak mau pas lihat duit kami. Terpaksa deh saya beli kartu perdana DTAC seharga 200 B.
Sebelumnya kami bertanya dulu di Tourist Information di Bandara, di sana kami meminta sebuah Map dan bertanya bagaimana caranya ke Khaosan Road. Setelah melakukan pembicaraan yang cukup panjang, saya mengambil kesimpulan bahwa petugas Tourist Information tersebut bisa berperan sekaligus sebagai calo. Dia menawarkan kami Taxi dan Hotel dengan harga yang tidak pas di kantong. So, untuk menghentikan gombalannya, akhirnya saya bilang klo sebenarnya saya ada kawan di Bangkok yang akan mengurus masalah Hotel kami. Untuk masalah transportasi ke Khaosan Road (Rasanya saya tidak perlu menjelaskan kenapa mesti ke Khaosan road), kami akan memilih menggunakan Bus. Menurut informasi dari bapak tersebut, kami harus menggunakan Bus no.59 yang akan berhenti di Monument Democracy. Tapi menurut info yang saya dapatkan di Google, dari Bandara, kita bisa menggunakan Bus No. 510 Shuttle A yang pasti bakal nongkrong tepat di pintu keluar Bandara, kemudian berhenti di Halte Mo Chit. Dari Halte Mo Chit kita bisa sambung Bus No.3. Sebenarnya ada beberapa Bus yang bisa kita gunakan ke daerah Khaosan Road, tapi yang most recomended adalah yang No.3 karena Bus tersebut benar-benar melalui jalan tersebut. Oh yah, klo dari Bandara mau pake Bus No.59 cocoknya sih klo mau langsung ke Grand Palace. Tapi klo pilih Bus No. 510 dan No.3, nanti di Mo Chit tongkrongin Bus No. 3 ini jangan pas tempat dimana Bus No. 510 menurunkan kita, tapi jalan sedikit ke depan sekitar 100 meter. Halte ini tepat berada di bawah jalur MRT Stasiun Mo Chit. Nanti di situ bakal dapat Plang Route Bus. Nunggunya di situ aja dan stop Bus-nya klo udah lihat Bus No.3 tersebut lewat. 
Saya cukup terkesan dengan warga masyarakat Thailand. Ketika kami menunggu Bus No.3 tersebut, 1 orang nenek-nenek menghamipri kami dengan Bahasa Thai, pada akhirnya beliau mengerti bahwa kami bukan orang Thai, jadi saya sebut saja Thanon Khaosan seolah-olah mengerti pertanyaan nenek tadi. Kemudian si nenek menunjuk 3 jarinya sebagai jawaban Bus No.3. Setelah nenek itu pergi, seorang Ibu bertanya ke kami masih dalam bahasa Thai. Sama-sama faham saja deh, intinya dia bilang pokoknya pake Bus No.3 jangan Bus yang lain karena bakal repot nantinya klo pilih yang lain. Kebetulan dia juga sedang menunggu Bus tersebut jadi dia yang akan Stop Bus dan akan minta tolong ke kernek-nya untuk menurunkan kami di Khaosan Road. Hahaha... Ternyata diriku cukup jago menerjemahkan bahasa Thai.
Btw, tidak usah takut bakal dikerjain kernek Bus, wong kerneknya adalah perempuan berpakaian resmi, rapih dan cantik. Beda ma kernek2 yang ada di Indonesia. Gak perlu diceritain juga kan???
Finally, Khaosan Road... we are coming. Ternyata bener yang diceritakan sama om Google, Khaosan Road ini adalah pusat daripada para tourist nginap. Secara penginapan-penginapannya murah banget. Tapi kami lebih memilih Hotel Rambuttri House di Rambuttri Road, 550 B/ malam.
Setelah dapat penginapan, kami langsung mencari Masjid terdekat yang menurut Oom Google lagi, Masjid Tersebut bernama Masjid Chakrabongse atau Trok Surao, seberang Tang Hua Seng Department Store.




Rasa lapar sudah di ubun-ubun, buka puasa tadi kami hanya minum air dan 2 potong roti kering ukuran kecil.
Akhirnya ketemu juga sama masjid. Di sana kami bertanya dimana bisa mendapatkan makanan halal. Langsung saja bapak2 yang ada di sana meminta seorang Ibu yang bernama Ibu Ramlah mengambilkan kami makanan yang ternyata memang disediakan buat siapa saja yang berpuka puasa di Masjid tersebut. Alhamdulillah, makan gratis!!!. Azan Isya pun berkumandang, kami menghabiskan makanan kami, lalu kemudian hujan deras mengguyur dan kami akhirnya ikut jamaah sholat Tarawih. Subhanallah...

Setelah sholat taraweh, kami langsung menuju KFC yang ada di Khaosan Road. Kebetulan tenaga kami sudah tidak mencukupi untuk menemukan restoran halal. Dasar perut Indonesia,  kemana-mana pasti cari nasi. Dari semua pengunjung KFC malam itu yang pada nyari nasi, 100% bisa dipastikan bahwa mereka adalah orang Indonesia. Hehehe...

Back to Hotel and have a nice sleep...

Day 1:
Budget Area
Price
Rupiah
Taxi Batam

IDR 60,000
EZ Link Card
SGD 20
IDR 162,800
Sim Card
BHT 200
IDR 64,200
Air Mineral
BHT 50
IDR 16,050
Bus No. 510
BHT 60
IDR 19,260
Bus No.3
BHT 13
IDR 4,173
KFC for Sahur
BHT 169
IDR 54,249
Buah Semangka
BHT 20
IDR 6,420
Rambuttri House (2 Night)
BHT 1100
IDR 353,100
IDR 740,252


Next:
http://kiki-nafisa.blogspot.sg/2013/08/honeymoon-backpacker-part-ii-grand.html
http://kiki-nafisa.blogspot.sg/2013/09/honeymoon-backpacker-part-iii-eid.html
http://kiki-nafisa.blogspot.sg/2013/09/honeymoon-backpacker-part-iv-bangkok.html
http://kiki-nafisa.blogspot.sg/2013/09/honeymoon-backpacker-part-v-kuala.html

2 komentar:

  1. pengalamanku backpacker ke Thailand dulu juga gitu, kiki... susah tukar uang baht di batam. jadi waktu itu di batam aku tukar uang ringgit (karena aku lewat malaysia) sampai di malaysia, sisa uang ringgit yang gak kepake baru aku tukar ke baht...

    BalasHapus
  2. Hehehe.. iya mbak. Tapi kami lebih milih tukarin ke dalam Sing Dollar, berharapnya klo pake dollar bisa lbh murah drpd ringgit.

    BalasHapus