8 Mar 2011

Cinta karena Allah apa Cinta karena Pandangan???


Terinspirasi dari artikel yang saya baca semalam, jadi tidak sabar untuk sedikit mengulangi kembali cerita tersebut dan berbagi dengan para pembaca setiaku, diriku sendiri. Hehehe… Artikelnya cukup mengusik hati melihat pada kenyataan dalam keseharian yang memang sering ditemukan kasus seperti itu. Jadi saya fikir tidak ada salahnya mengangkat cerita ini dalam sudut pandangku dan mencoba menghubungkannya dengan pengalaman pribadi dan pengalaman hidup orang lain. Semoga bisa bermanfaat untuk diri saya pribadi utamanya dan bagi siapa saja yang sempat singgah sejenak melototi tulisan ngawurku ini. J
Tersebutlah seorang akhwat, aktivis dakwah kampus yang begitu cantik dan sangat aktif dalam pergerakan dakwah yang diikutinya. Tidak hanya cantik, tapi dia juga cerdas. Maka tidak heran jika sejak jaman kejahiliaannya sampai hijrahnya banyak kaum Adam yang cenat-cenut memikirkan bagaimana cara menaklukkan hatinya. Karena hal itu jugalah yang membuatnya semakin mantap untuk memilih jalan dakwah sebagai hijabnya dengan harapan keputusan tersebut akan mengurangi fitnah yang menderanya. Namun, ditengah perjalanannya ternyata fitnah tersebut semakin meningkat yang datangnya tidak hanya dari laki-laki ammah namun juga datangnya dari laki-laki yang biasa digelari ikhwan. Hmmm…sangat menarik tuk dibahas menurutku, karena memang pada kenyataannya tidak sulit menemukan kasus seperti ini dalam perhelatan dunia perakhwatan/ perikhwanan.
Lanjut cerita dari akhwat tersebut, suatu saat dia menerima surat cinta dari seorang ikhwan. Meskipun ini bukanlah yang pertama dari kalangan ikhwan, tapi ini sudah sangat cukup mengganggu prinsip dan keyakinannya. Bukannya dia tidak kuat akan godaan tersebut, akan tetapi surat itu datangnya dari seorang ikhwan yang dianggapnya begitu istiqomah, memiliki kefahaman yang tinggi yang menurutnya tidak ada yang menyangsikan akan kualitas dan kapasitas ikhwan tersebut. Namun apa yang terjadi, ternyata predikat ikhwan, aktivis dakwah, pengemban warisan para Rasul itu juga tidak bisa mengeluarkan dirinya dari fitnah dunia berupa fitnah wanita.
Hal itulah kemudian yang menjadi pertanyaan akhwat tersebut di sela sujud panjangnya dan di setiap khalwatnya bersama Rabbnya. Mengapa semua ini terjadi yaa Rabb? Apakah masih kurang usahaku dalam menjaga hijabku? Tak pantaskah aku dicintai karena agamaku bukan karena kecantikanku? Sebegitu rendahnyakah imanku sehingga mereka lebih memilihku hanya karena fisik ini? Ohhh… sungguh ini sangat menyakitkan yaa Rabb.
Hmmm..jadi gini yah perasaan cewek cantik yang beriman klo lagi digandrungi sama ikhwan? Kirain bakal melambung tinggi, tinggi dan tinggiiiiiiiiiiiiii skali… Maaf yah saudariku yang cantik, diriku baru nyadar sekarang akan perasaan kalian, maklum saya sangat cantik, jadinya udah merasa ga’ level lagi sama “mereka”. Hehehe…
Mungkin kita pernah mendapatkan cerita dalam dunia aktivis dakwah akan adanya cinta lokasi antar para personelnya. Berawal dari intensitas pertemuan dalam syuro’, aksi-aksi, baksos dan ataupun berbagai kegiatan sosial lainnya. Intensnya interaksi ini membuat sebuah keakraban yang begitu menyentuh hati. Apalagi bila lampu hijau dari 2 arah yang berlawanan ini ternyata sama-sama menyala. Apa yang terjadi, yah terjadilah… Akhirnya muncullah istilah yang sering kita dengar yaitu “system tunjuk”. Ustadz, saya mau ta’arruf sama akhwat A, Fakultas B, Jurusan C, de el el. Nah, untung-untung klo minta ta’arrufnya dimediasi oleh sang ustadz, yang ada tuh kebanyakan sudah ada pembicaraan dari kedua belah pihak melalu telepati, Telephon dan Chating.. Wuihhh… ada yang tersinggung gak? Ga yah, soalnya saya yakin teman-temanku yang baca tulisan ini adalah laki-laki yang sholeha dan perempuan yang sholeh..
Klo boleh saya bertanya dan tolong teman-teman semua jawab dengan jujur dan logis. Jika, apabila, andai dan bila ada seseorang yang kemudian mendatangimu dan mengungkapkan perasaan hatinya untuk menjadikanmu pasangan hidupnya, maka apa yang pertama kali terlintas di fikiranmu? Senangkah? Atau sedihkah? Apalagi pada saat itu kamu ditakdirkan lahir dengan fisik yang menawan dan mengenai ibadahmu kamu merasa masih biasa-biasa saja, tidak begitu baik dari kebanyakan dan memiliki banyak kekurangan. Dan lagi, kamu tahu betul bahwa orang tersebut ngerti dan faham bagaimana agama Islam memuliakan wanita. Dalam kasus ini rasanya tak perlulah kita melakukan pembenaran dengan bercerita tentang bagaimana Allah mempertemukan Khadijah dengan Muhammad atau kisah Ali Bin Abi Tholib dengan Fatimah putri Rasulullah. Keimanan kita jauh dari mereka, misi yang ditetapkan Allah bagi mereka adalah misi ilahiah untuk seluruh alam sementara kita..hmmm..tanyakan pada rumput yang bergoyang! Mungkin kita memiliki misi Ilahiah tersebut, namun siapa yang bisa memberikan jaminan bahwa hati kita sudah dapat memurnikan niat-niat kita dari jeratan hawa nafsu.
Sebenarnya saya tidak ingin berdzu’uson, tapi banyak hal yang susah tuk saya fahami dengan kenyataan-kenyataan yang berserakan di depan mata. Bukankah ketika hati sudah mulai condong pada satu sosok maka cinta karena Allah pun akan di nomor duakan? Dan parahnya lagi ketika hati itu sudah terkotori oleh perasaan sombong. Merasa baik, merasa beriman, merasa ibadahnya sudah cukup hingga ia merasa pantas dan melayakkan dirinya untuk mendapatkan apa yang dianggapnya baik dan indah di mata dan hatinya. Tidak percaya? Coba fikirkan lagi klo gitu, dan jawablah dengan hati yang jujur. Tidak perlu jawabnya sama saya, cukup di jawab dalam hati.
Adalah hal yang fitrah bagi manusia ketika merasakan ketertarikan terhadap lawan jenisnya, itu manusiawi, sangat manusiawi. Hanya saja terkadang kita terlalu egois dan memperturutkan hawa nafsu. Kita hanya peduli pada perasaan kita sendiri dan seakan-akan lupa atau pura-pura lupa dengan perasaan Allah terhadap kita. Sungguh Allah amat cemburu. Cemburu dengan hati kita yang lebih didominasi oleh selain-Nya. Apalagi jika kita lebih banyak menyebut nama makhlukNya daripada Asma-Nya, lebih banyak menghadirkan wajah makhlukNya daripada keagungan-Nya. Tak malukah kita pada diri sendiri saat menyebut nama wanita atau laki-laki lain yang tidak dihalalkan oleh Allah dalam doa-doa kita? Apa yang akan kamu katakana pada istri atau suamimu kelak??? Jika benar kita mencintai seseorang karena Allah, lalu mengapa tidak mencoba mengikhlaskannya pada ketentuan Allah? Bukankah cinta itu membutuhkan pengorbanan? Tapi mengapa kita tidak mengorbankan cinta terhadap makhluk itu untuk kecintaan kita kepada Allah???
Saya punya cerita tentang seorang teman laki-laki. Dia tidak tarbiyah dan tidak pula ikut salah satu kelompok majelis/pengajian manapun. Suatu saat dia mengatakan niatnya bahwa dia ingin mencari seorang istri yang sholehah. Kemudian saya tanya teman tersebut, dia mau kirteria yang bagaimana, asalnya dari mana dan atau mungkin dia pernah suka dengan seorang teman saya sesama aktivis di kampus dulu. Kemudian dia jawab, “Terserah Kiki, siapapun yang menurut Kiki baik maka saya percaya dengan pilihan Kiki”. What??? Saya hanya bisa tercengang beberapa saat lamanya. Antara mau percaya dengan tidak, tapi begitu yang tertulis di layar Chat Room-ku. Subhanallah… Ada sesuatu yang panas di mataku, menetes dan basah. Ternyata di dunia ini masih ada lelaki seperti itu. Padahal, jika dia mau memilih maka dia bisa menyebutkan satu nama. Rasanya dia cukup banyak mengenal wajah-wajah akhwat yang bertebaran di kampus, tapi dia malah minta dipilihkan oleh diriku.
Apa hikmah yang bisa kita ambil dari teman saya tersebut? Banyak, banyak dan banyak sekali. Sungguh saya amat kagum dengan cara dia menjemput jodohnya yang telah ditetapkan Allah untuknya. Dia memilih jalan yang benar dengan tidak menodai hatinya terlebih dahulu, tidak mengotori hatinya dengan pandangan nafsunya dan yang paling penting bahwa dia mau senantiasa memperbaiki diri. Mungkin ada yang berfikir dia jelek kali, makanya pasrah aja. Hmmm..terserah kalian mo bilang apa, yang jelasnya dia lebih ganteng dari kamu, dan lebih cerdas dari kamu. Saya bukan tipe orang yang suka bilang cerdas loh ke orang lain, tapi untuk temanku yang satu ini, menurutku dia cerdas, kami cukup sering diskusi waktu masih sama-sama di kampus. Diskusi bukan DEBAT. Semoga Allah memeluk niat muliamu saudaraku. Allah tahu yang terbaik untuk setiap hambaNya yang mencintaiNya lebih dari cintanya pada apapun di dunia ini.
Karena itulah hingga detik ini saya tidak pernah percaya dengan orang-orang yang mengatakan aku mencintaimu karena Allah kepada laki-laki atau perempuan yang dia inginkan untuk jadi pendampingnya ketika mata sudah memandang, komunikasi sudah terjalin dan interaksi sudah tercipta. Sulit mempercayainya. Jadi bikin penyakit hati saja, zdu’uson mulu sama orang kaya’ gituan tapi mau diapalagi inilah bagian dari kebebasan berekspresi. Jadi maaf. Klo ada yang tidak terima dengan pernyataanku ini, silahkan saja laporkan ke Komnasham, justru itu labih bagus, siapa tau dengan adanya isu seperti ini 1 UU bisa di goal-kan.
Setiap orang memiliki caranya sendiri dalam mendapatkan yang terbaik dalam hidupnya. Dan saya yakin bahwa kita semua sangat sadar bahwa tidak semua yang indah di mata kita, baik menurut akal kita adalah yang terbaik untuk kita. Karena dari sekian banyak manusia terbaik yang diciptakan Allah di Bumi ini, maka akan ada satu yang terbaik dan paling cucok buat kita. Itu sudah menjadi ketetapan Allah, yang perlu kita lakukan hanyalah memaksimalkan usaha kita dengan cara yang baik. Jadi tidak perlu khawatir dengan persoalan jodoh, cepat atau lambat pasti jodoh itu akan ketemu juga. Jadi, ayo semangat!!! Menasehati dan menyemangati diri sendiri nih jadinya. xixixi...
Sekarang keputusannya ada di tangan kita, mau pake cara apa menjemput jodohnya. Mau pake mobil boleh, pesawat boleh, Kapal boleh, becak juga boleh. Yang penting ga pake kura-kura aja, kapan nyampenya klo gitu? Hehehe… Teringat perkataan seseorang, “Hidup ini seperti berada diantara 2 huruf, B dan D, ditengahnya ada C. B itu Birth dan D itu Death sedangkan C adalah Choice. Hidup ini memberikan lebih dari 1001 pilihan, tapi hakikat dari pilihan itu adalah baik dan buruk. Ada banyak cara baik, cara buruk pun tidak kalah banyak adanya”. So, tentukan pilihanmu anak muda!!!
Astaghfirullah al ‘adzhim, semoga Allah mengampuni saya dan mengampuni kita semua. Tulisan ini saya buat sebagai refleksi diri dan pengingat diri ketika hati mulai lelah dalam penantian panjang, di saat kaki mulai melemah dalam melangkah. Berharap diri tidak terjerembab dalam kehinaan dan menghinakan diri karena tidak sabar dengan janji Allah. Tetap menjaga semangat dalam membaikkan diri dan memelihara harapan dan persangkaan baik kepada Allah pemilik segala kebaikan di alam ini. Sungguh Engkau Maha tahu akan apa yang tersembunyi dalam hati ini Yaa Allah…

Wallahu’alam..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar