21 Des 2011

SURAT CINTA UNTUK IBU

 “Aku mencintaimu Ibu, karena Allah”. Dari dulu kata-kata ini ingin kusampaikan langsung padamu, Ibu. Dengan lisanku, dengan hatiku, dan dengan deraian tangisku dalam hangatnya pelukanmu. Maafkan aku jika hingga detik ini, kata-kata itu masih terkunci rapat di bibirku. Kau tahu, ibu... Sesak dadaku menyimpannya, pekak kerongkonganku menahannya, namun apalah dayaku, bagaimanapun aku adalah tetap seorang anak bagimu, anak yang dipenuhi ke-egoisan di dalam rongga dada.
Aku akui ke-egoisanku itu, Ibu. Aku pun tak mengerti, mengapa begitu sulit mengungkapkan perasaanku padamu. Aku selalu bersedih, sedih yang bertambah-tambah jika terkadang kau meragukan rasaku padamu. Kau tahu, Ibu... Puncak kesedihanku adalah ketika menyaksikan kesedihanmu karenaku.
Ibu, kau adalah pahlawanku. Diam-diam aku mengagumimu, sangat mengagumimu melebihi kekagumanku pada bunda Khadija, Aisyah, Fatimah atau seorang Hawa yang menjadi awal dari kehidupan kita. Aku tak tahu, apakah kau menyadari kekagumanku itu, dan bagiku itu tidaklah penting untuk kau ketahui, tapi yang terpenting bagiku adalah mengetahui bahwa kau tidak pernah dan tidak akan pernah menyesal memilikiku sebagai anakmu.
Dulu, kau yang mengajariku mengenal huruf A – Z, mengajariku menulis angka 1 – 10, mengenalkanku pada Al-Qur’an, dan...Oh, ibu...aku tak mampu lagi mengurainya, bukankah aku memulai segalanya sejak bertumbuh dalam rahimmu. Tak akan habis kata untuk mengeja kebaikanmu ibu, tak akan cukup kertas tuk melukiskan indahmu, tak akan kering tinta tuk menuliskan arti hidupmu untukku, Ibu.
Maafkan kebodohanku sebelumnya yang tidak bisa memaknai setiap tutur kata yang terucap dari bibir muliamu, maafkan kelemahanku yang tidak mampu merasakan kelembutan setiap belaian dari tangan sucimu. Maaf telah pernah menantang matamu dengan kemarahanku, maaf telah membentakmu dalam keangkuhanku, maaf telah menjejakkan luka di hatimu karena khilafku. Semua itu kulakukan karena aku belum bisa sepenuhnya mengartikan kasih sayangmu, Ibu.
Cintaku padamu begitu tinggi, Ibu. Hanya Allah yang mengalahkanmu di hatiku. Kau tahu ibu, dalam hidupku, hingga detik ini, aku tak pernah membagi hatiku pada manusia manapun di dunia ini meskipun terkadang besar hasratku tuk membaginya. Akan tetapi, sungguh, aku tak akan pernah rela jika ada satu makhlukpun selain dirimu yang menjadi penyemangatku untuk apa yang kuraih hingga saat ini. Yah, aku sadar, bahwa suatu saat nanti aku akan memiliki hidup lain yang di dalamnya akan kuisi dengan belahan jiwaku dan darah dagingku sendiri. Tapi bagiku, tempatmu tak akan pernah tergantikan dan cintaku tak akan berkurang sedikitpun padamu.
Ibu, jika kelak ternyata aku yang lebih dulu menghadap pada Sang Penggenggam Hidup dan tetap saja lidahku masih kelu mengungkapkan rasaku padamu, ketahuilah, jika kata syukur lebih mulia derajatnya dari kata cinta, maka kukatakan padamu Ibu, demi Allah yang nyawaku ada dalam genggaman-Nya, aku bersyukur memilikimu sebagai Ibuku.

Batam, 111221

Tidak ada komentar:

Posting Komentar