Yeahhh...Rihlah... aduh, senangnya minta ampun. Ah, biasa aja kali. Saya mah, mau apapun namanya dan tempatnya, yang penting pada intinya adalah jalan-jalan, maka tidak ada alasan untuk tidak bersorak kegirangan meskipun di dalam hati. Mengunjungi tempat baru itu memang selalu menyenangkan... tapi, bagaimana kalau tempat itu sebenarnya sudah sering dikunjungi? Kembali baca bagian atas, tetap menyenangkan. Hehe...
Kemarin, 17 may 2012. Bertepatan dengan hari kenaikan Isa Al-Masih, it’s mean di kalender tanggal bertintakan warna merah, LIBUR!!! Mirota Beach adalah pilihan utama untuk menghabiskan hari bersama teman-teman liqo’. Sepertinya, godaan Banana Boat berhasil menghipnotis teman-teman hingga beberapa diantara mereka sudah menunjukkan wajah MUPENG di sepanjang perjalanan ke sana. Hmmm...
Yang namanya rencana, sebaik dan sedetail apapun persiapannya, pasti ada saja kekurangannya di sana-sini. Mulai dari transportasi, ada yang ngaret, lupa bawa sesuatu atau apalah, deElEl. Manusiawi! So, mari kita mulai cerita ini.
Cerita ini berangkat dari Taman Raya BLOK GR No. 20. Pagi-pagi sekali, tepatnya jam 6, demi mendapatkan ikan-ikan segar maka gerimis tipis-tipis and tebal-tebal bukanlah penghalang untuk ke pasar. 4,5 Kg ikan dengan berbagai jenisnya sudah terbeli.
Sarapan dengan Mie Bangka cukup macth dengan cuaca kota Batam yang gerimis. Tapi sayang, porsinya ke-GEDEan. Mubadzir. Astaghfirullah... Ditengah sarapan, si abang supir yang mobilnya sudah di-charter nelpon, katanya mobil yang disepakati tidak bisa dipakai tapi dia akan menggantinya dengan mobil lain yang ukurannya lebih kecil. Mini Bus tepatnya. Daripada gak ada, lebih baik ada kan. Hanya saja, pas liat mobilnya. Jujur, hati dan fikiran saya bersepakat meragukan kemampuan mobil tersebut. Bukan masalah kapasitas muatnya, tapi masalah performance-nya. Dengan jarak tempuh yang cukup jauh, ditambah lagi kontur jalan yang bergelombang (baca: mendaki), saya curiga bakal mendapat masalah nantinya. Dan apa yang terjadi, temukan di luapan kata berikutnya...
Perjanjian awal, kita start jam 8 pagi. Yah, betul...kita memang berangkat jam 8 pagi, tapi lewat beberapa menit (biasaaaaaaa). Setelah itu kita menjemput yang lainnya di beberapa titik. Pada akhirnya, proses jemput-menjemput selesainya hampir jam 10 pagi. Hmmm... ini bagian yang paling saya suka. Selama pohon kina masih tumbuh di Indonesia, maka yang namanya jam karet pasti akan tetap eksis. Percaya deh!!!
Sepanjang perjalanan saya lebih banyak memejamkan mata, ngantuk. Semalam kurang tidur karena cerita-cerita (baca: curhat) sama Yane dan Lestri. Tiba di Mirota, saya lupa lihat jam. Entahlah, jam berapa tepatnya kami tiba di sana.
Karena cuaca yang mendung, kami berencana menyewa sebuah tenda. Tapi, rupanya semua tenda sudah gak ada lagi yang free, secara hari ini hari libur. Libur dalam rangka apa? Masih ingat kan? So, seketika suasana pantai disulap menjadi Gereja Alam. Ah...Polusi pendengaran. Asli, ini sangat mengganggu kekhusyuan kami dalam ber-rihlah. Terpaksa kami mengambil posisi mojok, lumayan bagus sih, tapi perlahan dengan banyaknya orang yang datang, jadinya kami diapit oleh Gereja alam di sisi kanan dan kiri. Duggghhh...Nasib!
Tanpa membuang-buang waktu, kami segera menggelar acara bakar-bakar ikan. Awalnya agak susah karena kami lupa mengambil minyak tanah dan wadah untuk bara arang di mobil, jadi cukup lama juga untuk mempersiapkannya. Para ibu-ibu sigap rujakan, anak-anak tanpa langsung meceburkan diri ke pantai. Dan tidak lupa, tetap ber-narsis ria. Dimana-mana, slogan; gak narsis gak eksis sepertinya akan selalu berlaku. Sudah hukum alam, mungkin...
Sebagian akhwat juga sudah menceburkan diri ke pantai, saya dan beberapa lainnya masih istiqomah melawan godaan laut yang deburan ombaknya seperti suara lembut yang memanggil-manggil tuk bercengkrama mesra. Tapi tanggung, bentar lagi Dzuhur. Ada yang mengganggu, sangat mengganggu pas lagi sholat. Kata HALELUYA terus membahana di sekitar Musholla. Hebat sekali ujian sholat kali ini. Ckckckck...
Sholat sudah, waktunya makan. Nikmatnyaaaa... ah, sudah lama sekali saya tidak makan ikan bakar di pantai seperti ini. Hmmm...fikiranku selalu melayang ke kampung halaman setiap kali melihat pantai-ikan bakar.
Demi menunggu Liez yang makannya agak lelet, berbeda sekali dengan saudara kita yang satu, si Yane yang kecepatan makannya cukup menakjubkan, kami berenang terlebih dahulu sebelum masuk ke acara inti. Naik Banana Boat. Berbekal satu ban (baca: pelampung), saya, Rama, Yane dan Mita bergerak menjauh dari bibir pantai. Ketika sampai di daerah yang sudah cukup untuk membuat kaki-kaki kami tidak menyentuh sea bed (baca: permukaan laut), saya dan Rama meninggalkan Mita dan Yane. Senang banget melihat muka Mita dan Yane yang ketakutan. Hahaha...Puasssssss...
Ada yang lucu pas naik Banana Boat. Si Lestri yang ada di belakangku, bereriak-teriak tanggung. Semuanya serba tanggung. Pitch controllnya hancur. Hahaha... sepertinya semuanya berteriak tanggung. Ah, sisi keakhwatannya masih mampu mengontrol irama histeria teriakan rupanya. Alhamdulillah, sepertinya operator Banana Boat-nya ngerti kalau dia membawa cewek-cewek yang baik hati dan tidak sombong, jadi kita kebagian sekali saja dihempaskan dari atas Banana Boat. Itupun pas sudah mau nyampe di tepi pantai, bukan di daerah yang dalam. Coba kalau dua kali, mungkin sudah ada yang absen nama-nama semua keluarga buyutnya, saking takutnya. Hehehe...
Kami memutuskan terus berendam di pantai sampai waktu pulang sudah tiba. Seru juga, kami saling adu tahan nafas di dalam air. Berpegangan tangan sambil mengapungkan diri. Sepertinya saya deh yang jadi pemenangnya. Kiki si Bolang, horeeeee..
Ah, rasanya belum puas main juga, eh si ibu-ibu sudah pada mau pulang. Tidak seru!!! Lain kali harus ada acara tersendiri khusus buat akhwat. Biar bisa berenang sampai puas. Sempat juga sih kami ngeyel dikit. Bergerak ke tepi kemudian membiarkan ombak membawa kami lagi ke tengah. Tapi, mau diapa lagi. Hukum sami’na wa atho’na harus dibumikan. Baiklah...
Malang dan malam berjodoh. Kecurigaanku mewujud nyata. Finally, ban mobil yang kami tumpangi pecah. Parahnya, gak ada ban serep. Heiiii..ini abang supir mikir gak sih? Sudah tau mau menempuh perjalanan jauh tapi gak bawa ban serep. Untungnya, ya..Alhamdulillah masih ada untung, ban-nya pecah pas di depan rumah warga. Saya tidak tau, apa rumah tempat kami mengambil air wudhu adalah muslim atau bukan. Kami sudah tidak peduli lagi, tapi yang jelasnya dia membolehkan kami memakai kamar mandinya dan air yang ada di bak penampungan di belakang rumahnya. Tapi, kami tidak ditawari sholat di dalam rumahnya, jadi kami sholatnya di rumah tetangga sebelah. Untungnya, ada dua rumah yang bersisian di situ. Sholat Asar selesai, masih dengan ketidakpastian kapan akan pulang.
Sore semakin mematang, maghrib pun sudah tiba. Kami masih di tempat yang sama. Sekitar ba’da Isya, seorang teman dari suami mbak Lia datang membawa satu angkot. Mana muat??? Sebuah angkot lainnya melintas. Wah..kosong, tapi sayang, bagian bontotnya penuh dengan galon. Mau diapa lagi, terpaksa kami berdesak-desakan. Kasihan sama suami mbak Lia dan temannya. Mereka harus jongkok diantara galon di bontot mobil.
Akhirnya kami melaju juga ke Batam. Berdesak-desakan sudah tidak menjadi masalah. Yang penting bisa pulang. Tapi di tengah perjalanan, kami mendapat telpon kalau mobil angkot yang satunya kena tabrak. Hmmm..musibah. Samapai sekarang saya tidak tau bagaimana kondisi terakhirnya. Setelah itu, angkot yang kami tumpangi kehabisan bensin di jalan. Untungnya masih ada sedikit cadangan bensin yang bisa membuat kami sampai ke pom bensin.
Setelah semuanya pada diantar pulang, tinggal saya sama Yane. Sempat berdebat alot sama bapak supir karena memberi kami harga yang cukup mahal, mengingat kami duduknya tidak pada posisi nyaman. Sudahlah, tidak apa-apa. Bayar saja, rasa lelah sudah memaksa untuk segera sampai ke rumah.
Tiba di kos yane, saya langsung bergegas pulang. Seperti kesetanan membawa motor, mandi secepat kilat, sholat isya seperti ayam yang matuk beras. Dan tidur!!!
Subhanallah.. perjalanan yang mengesankan dengan segala masalah yang kita temui. Namun semuanya terasa indah karena dibingkai dalam keakraban dan kekeluargaan serta tarbiyah. Rasa lelah terbayar lunas dengan kesan terindahnya. Nice trip. It’s very impressif for me. The moment to remember.
mana poto2nyaaa kkqq >o<
BalasHapusBlum ada filenya sm sy kodong. Nnti klo sdh dapat filenya, bakal diupload kok :)
BalasHapus