Tiap orang merasa bahwa kisah cintanya unik, berbeda dengan yang lain. Tiap orang menyangka bahwa kisah cinta mereka lebih indah daripada kisah cinta yang lain. Tiap orang mengatakan bahwa kisah cinta mereka lebih menarik dibandingkan dengan kisah cinta yang lain. Padahal, tiap kisah cinta itu hanya pengulangan dari apa yang dulu telah ada. Seunik, seindah, atau semanis apapun itu. Kalau kamu menyangka bahwa apa yang terjadi pada kita berbeda, aku berani pastikan bahwa dulu (atau di masa yang akan datang) ada ratusan kisah cinta seperti ini. Apa yang menarik dari kisah cinta kita? Mungkin hanya kita yang mengatakannya menarik, orang lain tidak. Karena kita yang merasakannya, yang lain tidak.
Setiap bangsa punya versi Romeo dan Juliet-nya sendiri. Ada Cinderella di setiap kebudayaan manusia. Banyak novel, puisi, lagu yang menceritakan tentang cinta karena tiap orang punya impiannya sendiri tentang cinta itu. Cinta punya tempat tersendiri yang lebih besar dengan kisah tentang kepahlawanan, pengorbanan, dan keberanian. Karena cintalah yang menyalakan apinya.
Tiap lambaian dedaunan di halaman rumah kita, adalah lambaian tentang cinta. Tiap desir angin yang datang di sore hari, adalah desiran tentang cinta. Tiap tetesan air hujan yang jatuh di tanah, adalah tetesan tentang cinta. Tiap hela nafasmu adalah helaan tentang cinta. Kepada Allah-lah semua cinta itu berasal dan kembali. Aku mencintaimu dengan hati yang dipinjamkan Allah padaku.
Tapi aku, seperti yang lain, ingin mengatakan kalau kisah cinta kita menarik. Walaupun cinta yang aku punya mungkin tidak bisa merasuki tiap lapisan marmer hingga berdirilah Taj Mahal. Tapi aku juga tahu, cinta yang aku punya bisa merasuki tiap lapisan hatimu hingga berdirilah sebuah kesetiaan.
Kalau aku bisa memilih, tentu aku tidak akan menikah dengan cara seperti ini. Aku menginginkan sebuah pernikahan yang diimpikan banyak orang; megah, mewah, romantis. Aku ingin menikah di tempat paling indah yang ada di muka bumi. Aku ingin memakai gaun pengantin yang disulam dengan benang emas dan dihias berlian. Aku ingin mengundang seluruh orang yang ada di dunia ini agar mereka semua tahu kalau aku berbahagia. Aku ingin sebuah pesta pernikahan paling indah yang bisa terpikir.
Tidak seperti pernikahan kita. Semua terjadi cepat dan sederhana. Kita tidak perlu memesan gedung karena kita menikah di rumah saja. Kita tidak perlu menjahit baju dan menghabiskan banyak uang untuk itu karena baju yang ada cukuplah. Kita tidak perlu mengundang begitu banyak orang karena saudara dan beberapa orang teman akan datang. Bila banyak orang yang membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk merencanakan pernikahan mereka, maka kita, dengan bismillah, cukup dua minggu saja.
Bahkan aku tidak akan mendapatkan sebuah cincin kawin karena kamu tidak mampu membelikannya.
Aku selalu melihat ada sebuah cincin kawin di acara pernikahan. Pengantin lelakinya akan mengenakan cincin itu di jari manis sebelah kanan pengantin perempuannya. Tapi kamu tidak akan melakukan itu karena kita tidak punya cincinnya. Kamu mengganti cincin itu dengan sebuah keteguhan janji yang kamu sematkan di hatiku sampai habis waktumu, itu janjimu. Dan aku merasa itu lebih bulat, lebih kokoh, dan lebih indah daripada sebuah cincin emas putih dengan batu merah delima yang selama ini aku impikan. Sesederhana itu.
Kadang aku memegang jari manis tangan kananku dan berharap akan ada cincin di situ. Tapi rasanya tidak akan pernah ada. Ada banyak hal yang kemudian kita urus dan lebih penting daripada sebuah cincin. Ada banyak pekerjaan dan kesibukan. Tapi aku juga merasakan ada begitu banyak cinta yang bertebaran di sekitar kita.
Aku pun mulai melupakan kalau aku tidak punya cincin kawin.
Sebuah ciuman di pipiku yang kamu berikan ketika kamu bangun dan beranjak untuk shalat subuh memberikanku harapan bahwa hari ini akan jadi lebih baik. Teh manis yang biasa kamu siapkan di dekat tempat tidur membuatku yakin bahwa pagi ini akan jadi begitu manis, hangat, dan sempurna.
Ketika kamu membantuku mencuci pakaian atau menyapu rumah, aku tahu bahwa banyak hal yang lebih berat yang seharusnya bisa kita lewati tanpa harus jadi hancur setelahnya. Waktu yang kita habiskan bersama sebelum tidur dengan membaca buku atau berdiskusi menyadarkanku kalau kita sedang membangun sebuah tempat tepat untuk berteduh dan menghabiskan usia. Dan ketika kamu menciumku sebelum tidur, aku berdoa semoga malam ini bukan malam terakhir kita. Aku berdoa semoga besok akan ada pagi yang lebih indah dan lebih menyenangkan.
Memahami pernikahan bukan sebuah pesta sehari tapi sebuah kerja keras seumur hidup ternyata sulit. Banyak orang yang merayakan hari pernikahan tapi tidak merayakan pernikahan itu sendiri. Aku tidak ingin kita seperti itu.
Aku ingin merayakan pernikahan kita setiap waktunya. Aku ingin kita tidak hanya bahagia di bulan pertama, kedua, atau ketiga saja, tapi untuk waktu yang masih tersisa di sepanjang umur kita. Aku ingin kita bekerja keras untuk membuat pernikahan ini berjalan sebagaimana yang kita rencanakan, bukan hanya memasrahkannya pada nasib saja. Walaupun Allah yang akan memutuskan apakah rencana kita akan berjalan seperti yang kita inginkan, tapi aku ingin Allah melihat kalau kita berusaha sebaik yang kita bisa.
Ketika aku memilihmu, itu bukan tanpa pertimbangan. Kamu bukan hanya selembar biodata buatku. Kamu hidup, kamu bernyawa, kamu punya jiwa. Bukan kamu sendiri yang ketika itu mendatangiku, kamu tahu itu. Ada kamu dan ada yang lain. Karena pernikahan buatku bukan hanya masalah sebesar apa cinta ketika itu, bukan hanya masalah siapa yang datang untuk dinikahi, maka aku mempertimbangkan untuk memilihmu.
Bila aku mendahulukan cinta, maka aku tidak akan menikahimu. Bila aku hanya memikirkan tentang apa yang terjadi satu atau dua tahun ke depan setelah pernikahan, maka aku tidak akan melirikmu sama sekali.
Tapi memahami sebuah pernikahan, buatku, tidak seperti itu. Pernikahan buatku adalah kerja keras. Dan aku akan menikah dengan orang yang akan menemaniku bekerja keras untuk membuat sebuah pernikahan menjadi lebih dari sebuah akad dan hidup bersama setelahnya, tapi juga sebuah kehidupan. Aku ingin membangun sebuah kehidupan denganmu.
Dan ketika aku memilihmu, aku tahu kita akan memulainya dengan benar-benar tanpa apa-apa. Bila ada orang yang memulai sebuah pernikahan dari 0, maka kita mungkin memulainya dari -1. Kita berusaha dengan keras menyatukan hati, hidup, dan juga pemikiran. Kita akan bekerja keras tepat setelah akad itu selesai diucapkan. Aku tahu itu, aku menerima itu, dan aku menjalani itu.
1. Demi langit dan yang datang pada malam hari
2. tahukah kamu apakah yang datang pada malam hari itu?
3. (yaitu) bintang yang cahayanya menembus
4. tidak ada suatu jiwapun kecuali ada penjaganya
2. tahukah kamu apakah yang datang pada malam hari itu?
3. (yaitu) bintang yang cahayanya menembus
4. tidak ada suatu jiwapun kecuali ada penjaganya
Ketika di malam pertama kita kamu membisikkan Ath-Thaariq di telingaku dengan lembut, aku tahu bahwa aku sedang menggenggam jemari seseorang yang tepat. Yang telah dipilihkan Allah untukku, yang kusambut kehadirannya dengan hamdallah; bintang cemerlang yang cahayanya mampu menembus hatiku.
Bahkan aku tidak punya cincin kawin karena mungkin aku tidak perlu memilikinya.
Aku punya keteguhan janji yang akan kamu sematkan di hatiku sampai habis waktumu sebagai gantinya. Dan aku merasa itu lebih bulat, lebih kokoh, dan lebih indah dari cincin manapun yang bisa kamu dapatkan dan berikan padaku.
Dan hingga kini, belum satu janji pun yang kamu ingkari. Semua makin terasa kokoh. Aku pun mulai melupakan cincin kawin itu. Kalau aku melihat jari manis tangan kananku, aku melihat sebuah lingkar indah yang menakjubkan di sana; keteguhan janjimu.
The End...
Sumber: Unknown
Tidak ada komentar:
Posting Komentar