21 Jan 2012

INDONESIA, SAYA MAU BICARA

Pemerintahan di Indonesia sekarang ini ibarat air comberan, menjijikkan!!! Mendengar kata comberan saja, kita sudah jijik apalagi jika harus kecebur atau menceburkan diri ke dalam air comberan tersebut. Sebenarnya, air comberan itu tidak semuanya kotor, awalnya. Waktu hujan kan airnya belum kotor, cuman pas masuk comberan jadi kotor deh. Nah, begitupun dengan orang-orang yang ada di dalam pemerintahan saat ini. Ada yang awalnya bersih, putih kayak pemutih, namun karena tidak mampu menjadi penetralisir, makanya yah dia juga ikut jadi kotor. Yah, secara...Comberannya se-Got sementara dia hanya seperti satu tetes hujan yang masuk ke dalam Got, nggak ngefek kali...

Coba ambil air comberan ke dalam 1 gelas. Tapi jangan di minum yah. Mari kita bereksperimen kecil-kecilan. Untuk membuat air di dalam gelas tersebut bersih dan layak tuk dikonsumsi maka gelas dan airnya mesti dibersihkan. Nah, saya kasi 2 opsi. Yang pertama, airnya ditumpahkan saja kemudian gelasnya dicuci sampe bersih. Kedua, masukkan air bersih sebanyak-banyaknya ke dalam gelas tersebut sampai benar-benar bersih. Terserah mau pilih yang mana, ini tidak berhadiah kok. Hehe..

Kalau opsi pertama diaplikasikan ke dalam pemerintahan saat ini, kayaknya ilustrasinya seperti ini, lakukan kudeta. Ganti sistem pemerintahannya dan tentunya orang-orangnya juga mesti diganti dong. Tapi timbul pertanyaan, semudah itu kah? Kalau menurutku sih tidak mudah, apalagi penguasa sekarang dari kaum Militer, susah bin sulit. Mengganti orang sebanyak itu sekaligus sih bisa saja, tapi bagaimana dengan penggantinya? Apakah punya kualitas dan kapasitas yang lebih baik dan lebih mulia dari para pendahulunya. Jangan-jangan keluar dari mulut buaya masuk mulut harimau pula..

Untuk opsi kedua, ilustrasinya kira-kira seperti ini. Masukkan sebanyak-banyaknya orang baik, yang punya cita-cita mulia ke dalam pemerintahan sekarang ini. Seiring berjalannya waktu, maka akan semakin banyak orang baik di dalamnya dan hingga akhirnya mereka para orang-orang kotor itu dengan sendirinya tersingkirkan atau ikut berubah menjadi bersih. Saya sih lebih suka cara ini. Slowly but surely. Tapi, timbul lagi permasalahan yang baru. Orang-orang baik itu siapa dan kemana saja? Soalnya, banyak orang yang merasa baik di Indonesia ini justru menarik diri bahkan menghalangi orang baik lainnya untuk menceburkan diri ke dalam gelas pemerintahan tersebut. Ada juga orang baik yang mengatakan, bersabarlah dan tunggulah, karena generasi-generasi kitalah yang kelak akan melakukan perubahan.

Itu adalah ide yang baik, tapi sampai kapan kita harus menunggu dan bersabar. Jangan salah yah, di luar sana, mereka yang berdiri sebagai antek-antek syetan, juga tidak kalah semangatnya melakukan kaderisasi. Jadi, kalau kita generasi sekarang mampu melakukan perubahan ke arah yang lebih baik, mengapa beban itu mesti kita pikulkan ke generasi selanjutnya? Seharusnya kita sadar bahwa pekerjaan-pekerjaan di hari esok akan lebih berat dari hari ini karena pekerjaan di hari esok adalah penambahan dari akumulasi pekerjaan hari ini dan kemarin yang sebelumnya belum sempat terselesaikan.

Yah, setiap generasi mempunyai masalahnya masing-masing. Tapi kebanyakan dari masalah itu adalah pengulangan dari masalah-masalah yang dihadapi oleh mereka generasi terdahulu. Minimal kita ini tidak lagi melakukan pewarisan masalah, tapi benar-benar mewariskan peradaban, peradaban yang lebih baik, lebih manusiawi dan memanusiakan manusia. Jangan sampai kita hanya meninggalkan dosa jariah karena tidak pernah mau mengambil bagian menjadi tetesan-tetesan air bersih tersebut. Tapi bukan berarti semua kita mesti masuk ke dalam jajaran pemerintahan yah. Banyak hal baik yang bisa kita lakukan untuk menjadi tetesan air tersebut. Salah satunya adalah dengan terus membaikkan diri.
.:: Seperti air, suci dan mensucikan ::.

Wallaahu’alam...


PS: Ini hanya pendapat pribadi yang berangkat dari KEGELISAHAN sebagai anak Negeri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar