Ketika masih berstatus sebagai mahasiswa, boleh dibilang hampir tiap hari saya bisa bersedekah. Meskipun nilainya sedikit dan duitnya masih dari subsidi orang tua, tapi saya selalu berusaha menyisihkan setiap sisa ongkos angkot tuk disedekahkan. Klo tidak bersedekah, rasanya gimanaaaaa gitu. Dan saya sangat bersyukur dan berterima kasih yang sebesar-besarnya pada seorang kakek tua yang selalu nongkrong setiap paginya di sekitaran kampus, tepat di bawah pohon yang selalu saya lewati ketika menuju Fakultas Teknik. Kakek tua tersebut memberikan saya kesempatan dan kemudahan dalam bersedekah, sehingga saya tidak membutuhkan waktu dan tenaga termasuk uang untuk menyalurkan niatku tersebut. Namun, beberapa tahun terakhir, kakek tua tersebut tidak pernah muncul lagi. Kesempatan bersedekah pun menjadi sangat sedikit, karena jarak antara kampus dan tempat tinggal saya cukup dekat. Akhirnya, peluang bertemu pengemis sangat tipis.
Dulu, saya selalu iri pada mereka yang sudah mempunyai penghasilan sendiri, “pasti mereka bisa bersedekah lebih banyak dibanding diriku”, begitu fikirku. Akan tetapi, setelah saya bekerja dan sudah memiliki penghasilan sendiri, buat digunakan untuk keperluan sendiri pula, ternyata fikiranku salah. Kesempatan dan keinginan bersedekah malah semakin kendor, mungkin karena kebutuhan yang semakin mananjak tinggi, mungkin juga karena budaya hedonisme yang semakin menggerogoti kantong, atau mungkin karena iman yang mulai melemah. Namun, sesaat saya berfikir, ada hal yang lebih dari alasan tersebut, yaitu waktu.
Terkadang, waktu tidak memberi kita kesempatan. Ada kalanya, kita sudah membulatkan tekad, beberapa persiapan sudah kita lakukan, namun tetap saja tidak bisa terwujud menjadi laku, dan semua itu dikarenakan waktu yang tidak mengijinkan. Ketika pulang kerja, biasanya saya sengaja mengambil rute yang mempunyai beberapa lampu merah yang di sana memilki banyak pengemis. Tapi keinginan bersedekah tetap sulit terwujud, setiap kali ingin memberikan duit, bunyi klakson sudah bergemuruh di belakangku. Lagi-lagi saya tidak punya waktu, bukan karena tidak punya duit.
Kemudian, saya kembali berfikir. Mencoba merunut beberapa bagian hidup yang terlalui selama di Batam. Ketika masih bekerja di tempat lama, meskipun penghasilannya pas-pasan, tapi saya selalu punya waktu untuk berkumpul dengan teman-teman. Anggapan awal kami, hanya karena gak ada duit baru kami gak bisa ngumpul. Tapi, pada akhirnya, fikiran tersebut terbantahkan lagi. Setelah masing-masing kami bekerja di Perusahaan baru, dengan penghasilan yang berkali-kali lipat dari yang dulu, ternyata, kami semakin susah ketemu, meskipun hanya sebentar. Lagi-lagi bukan karena masalah duit, tapi masalah waktu.
Jadi, salah kalau orang mengatakan bahwa waktu adalah uang atau uang adalah waktu. Karena tidak semua waktu yang kita miliki bisa diubah menjadi uang dan uang pun tidak bisa membeli waktu. Seandainya ada toko yang menjual waktu, saya pastikan toko tersebut akan menempati urutan teratas yang berpenghasilan tertinggi di dunia. Bank adalah toko uang, tapi penghasilannya tidak lebih bayak dari mbah Google dan lain-lain...
Buat yang menjadikan uang sebagai raja di dalam hatinya, makan tuh duitmu, akan ada saatnya dimana duitmu tidak mampu melakukan apa-apa untukmu. Jadi, tidak usah terlalu pelit, tapi jangan boros juga (nasehat buat diri). Manfaatkan duitnya selagi ada, uang bisa dicari setelah habisnya dengan usaha, tetapi waktu tak akan pernah kembali walau apapun usaha yang kita lakukan. Seandainya uang lebih tinggi kedudukannya daripada waktu, tidak mungkin di dalam Al-Qur’an Allah mengatakan “Demi Masa”, akan tetapi mungkin “Demi Uang”.
Uang itu penting, waktu itu jauh lebih penting, usaha pun juga sangat penting, tapi tidak cukup hanya dengan usaha keras saja. Orang sukses selalu memikirkan jauh ke depan atau beberapa tahun ke depan sementara kita kebanyakan berfikirnya hanya untuk hari ini saja. Perlu kita sadari bahwa perbedaan antara 1 hari dengan 1 tahun adalah 365 hari, jadi ketika ingin mendapatkan lebih banyak maka bekerjalah lebih banyak dari orang lain lakukan, berfikirlah lebih dari orang lain dan pahamilah akan apa yang kita lakukan agar kita tidak terjebak pada tujuan materi semata yang sifatnya semu.
Dan sedihnya, weekend ini saya tidak bisa berlibur ke Trikora bersama teman-teman. Lagi-lagi masalahnya bukan karena duit, tapi karena tidak memiliki waktu. Jadi, buat kalian yang memiliki waktu luang, manfaatkanlah dengan baik, lakukan apapun yang ingin kamu lakukan. Karena 1 detik yang telah berlalu, selamanya tidak akan pernah kembali, dan ketahuilah bahwa kerja-kerja hari ini tidak akan bisa digantikan dengan kerja-kerja di hari esok, segala sesuatu mempunyai masanya. Karena waktu tidak akan pernah menunggu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar