19 Nov 2011

Secret Admire

CERPEN: Secret Admire (Bagian 1)

Sejak sore tadi hujan terus mengguyur kota Batam, habis liqo’ (pengajian, red) aku sengaja berlama-lama tinggal di rumah murobbiyahku (guru ngaji, red), bercerita dengan teman-teman sambil menunggu hujan mereda. Kulihat jam di HP-ku menunjukkan angka 07.15, tapi rintik hujan masih setia mengantar malam. Akhirnya kuputuskan menembus hujan, jarak rumahku cukup jauh dari sini, aku takut kemaleman dan kebetulan kali ini tidak ingin melewatkan pertandingan Manchester United Vs Sunderland.
Di tengah perjalanan, fikiranku melayang tak menentu. Tak bisa kupungkiri, sebuah sms mampu mengusik ketenanganku. Namun aku tidak mengetahui siapa pemilik sms tersebut. Aku berusaha menghadirkan wajah-wajah yang menjadi tersangka dalam fikirku, namun aku juga tidak bisa memastikannya. Banyak tanya hadir dalam benakku, mungkin melebihi setiap rintik hujan yang menyapa tubuhku. Tapi, tetap saja tak kutemui jawaban pasti.
***
Aku masih sibuk dengan beberapa kerjaan di kantor, kulihat ada panggilan dari nomor yang tidak kuketahui di layar HP-ku. Aku membiarkannya saja tanpa ada fikiran tuk menerima telpon tersebut. Saat mulai senggang, aku berinisiatif mengirim sms ke nomor tak dikenal tersebut.
“Siapa ini?”, tanyaku.
“Secret Admire”, balasnya.
“Yaahhh.. Sudahlah”. Jawabku.
“Loh, gak penasaran mau tau siapa aku?”, kembali dia membalas dengan harapan aku penasaran padanya.
“Klo gitu, siapa?”
“Bukan rahasia lagi dong klo kamu tau siapa aku. Oh yah, aku pengen nanya. Misalnya, ada seorang laki-laki yang ingin mengungkapkan perasaannya terhadap wanita yang dikaguminya, bagaimana Islam memandangnya dan menurut kamu sendiri gimana?”
Kubaca baik-baik smsnya sambil berusaha mencari beberapa referensi di mbah google, tapi tak lama kemudia Managerku datang menghampiri sehingga kami terlibat dalam sebuah meeting yang cukup lama.
Kulihat ada sms yang masuk lagi. “Just one aswer, please”. Pintanya padaku yang sepertinya menunggu jawaban sms-ku.
“Tunggu yah, aku lagi ada meeting. Memangnya siapa wanita yang kamu kagumi itu? Klo kamu butuh bantuan, biar nanti aku yang fasilitasi deh”, jawabku sambil tersenyum.
“Kamu”. Jawabnya. Aku tak bisa menahan perasaanku, sesungging senyum kuhamparkan melihat balasan sms-nya, sampai-sampai Managerku berdehem memintaku serius mendengarkan arahan-arahannya.
“Dalam Islam, ketertarikan terhadap lawan jenis adalah fitrah, jadi sah-sah saja jika kamu menyukai seseorang. Yang penting, kecintaanmu itu tidak membuatmu lalai pada Allah dan rasul-Nya. Ada hadits yang mengatakan bahwa, ‘Jika seorang diantara kamu mencintai saudaranya karena Allah, maka kabarkanlah kepadanya, karena hal itu akan mengekalkan keakraban dan memantapkan cinta’. Bagaimana klo menyatakan langsung? Seingat aku dalam setiap referensi yang pernah aku baca, semuanya memakai perantara atau langsung menuju wali si perempuan tersebut. Contohnya, Khadijah kepada Muhammad yang diperantarai oleh seseorang yang dipercaya atau seperti Ali Bin Abi Tholib yang langsung mendatangi Rasulullah untuk Fatimah”. Jawabku panjang lebar.
“Bagaimana aku bisa tahu bahwa wanita tersebut telah siap untuk dipersunting? Kan malu kalau ditolak”. Balasnya kemudian.
“Yeee... Itulah pemikiran yang salah dari kebanyakan laki-laki. Bagaimana mau tahu kalau belum pernah mencoba? Lagian, klo kamu belum siap menemuai wali si perempuan tersebut, kamu kan bisa minta tolong sama orang yang cukup kamu percaya untuk menanyakan kesiapan perempuan tersebut.Klopun kamu ditolak, tak akan berkurang sehelai rambutmu. Abu Bakar pernah ditolak sama Rasulullah, Umar Bin Khattab juga mengalami nasib yang sama. Apalagi kamu, peluang ditolaknya lebih besar lagi. Hehehe.. Maaf, bercanda”.
“Jadi, klo aku mau menyatakan perasaanku sama kamu, apa harus mengikuti standar tadi yah?”.
“hehehe.. Iya dong, kalau kamu atau siapapun yang mau menyatakan perasaannya terhadapku, yah..idealnya harus seperti itu prosedurnya”.
“Jadi, ilustrasinya seperti ini.
Aku                     : Tok..tok..tok.. Assalamu’alaikum.
Bapak kamu       : Wa’alaikum salam.
Aku                     : Pak, aku mencintai anak bapak.
Bapak kamu       : Maaf nak, anakku tidak mencintaimu.
Aku                     : Gubrakkkk...”.
“Hahaha.. Kasihan”, jawabku sekenanya.
“Jadi kapan rencana kamu mau nikah? Atau jangan-jangan kamu sudah lupa nikah yah karena karir di Batam sudah sangat menjanjikan”.
Sms tersebut masih kubiarkan begitu saja, tak kubalas. Aku segera bergegas pulang ke rumah. Di rumah, aku belum berminat tuk membalas smsnya. Hingga adzan maghrib pun berkumandang. Setelah sholat maghrib dan melakukan agenda-agenda yang biasanya aku lakukan selepas maghrib, kuraih HP-ku kemudian membalas sms-nya lagi.
“Tidak mungkin ada orang yang lupa untuk menikah, aku pastinya punya rencana menikah, hanya saja yah, mungkin, the best is yet to come”. Balasku.
“Satu lagi pertanyaan terakhir, apakah bagi setiap perempuan, kemapanan (dalam hal pekerjaan dan harta) adalah hal yang sangat penting yang harus dimiliki oleh seorang pria ketika hendak menikah? Tolong dijawab dengan jujur”.
“Harta itu bisa dicari dengan usaha. Yang masalah itu seberapa besar kemauan dan etos kerjanya. Klo orangnya pemalas, berapapun harta yang dimiliki, yah pastinya bakal habis. Intinya, harta itu penting, karena bagaimana kamu bisa memberi jika kamu sendiri tidak memiliki apa-apa untuk diberi. Muslim itu harus kaya, ingat yah, 10 sahabat Rasulullah yang dijamin masuk surga hampir semuanya kaya-kaya loh”.
“Oke, jazakillah khair untuk waktunya. Yang jelasnya aku memang adalah pengagum rahasiamu. Dengan sedikit usaha kamu pasti tau siapa aku (itu pun klo kamu mau berusaha). Assalamu’alaikum”.
***
Sehari setelah percakapan tersebut, dia kembali mengirim sms yang mengatakan bahwa dia menemui kesulitan untuk mencari orang yang bisa dia jadikan “kurir” untuk memperantarai dia untukku. Aku sangat kaget, awalnya aku berfikir bahwa dia hanya meminta pendapat dariku sebagaimana teman-teman laki-laki lainnya biasa lakukan. Boleh dibilang aku memang sering menjadi tempat sampah buat teman cewek maupun cowok dalam hal memilih pasangan. Dan kebetulan, aku memang bukan tipe cewek yang cepat gEeR dengan perlakuan baik setiap laki-laki yang hadir di hidupku. Saking terlalu cueknya, aku tidak pernah menyadari bahwa ada beberapa hati yang manaruh harap padaku. Terkadang aku hanya tau dari teman lainnya atau dari pengakuannya sendiri itupun setelah dia menikah. Sikap cuek ini memang sudah menjadi pilihanku, aku tidak ingin memberikan terlalu banyak waktu dan energi untuk memikirkan sesuatu yang tidak penting untuk orang yang tidak penting pula dalam hidupku. Yah, bagiku, laki-laki yang terpenting dalam hidupku hanya tiga. Ayahku, suamiku (kelak) dan anak laki-lakiku (jika Allah menghendaki). Teman memang penting, tapi sudah sunnatullah, ada yang pergi dan ada yang datang. Aku tetap yakin, meskipun dengan sikap tidak peduliku dalam hal sensifitas terhadap ‘rasa’ terhadap lawan jenis, itu tidak menghalangiku mendapatkan banyak teman dan bergaul dengan lawan jenisku. Dan Alhamdulillah, sampai sekarang, aku merasa tak ada teman yang meninggalkanku.
***
Aku tiba di rumah dengan basah kuyup, nampak aku sangat kedinginan. Perjalanan menembus hujan dengan jarak yang cukup jauh membuatku begitu kelelahan. Aku langsung menuju kamar dan beristirahat. Ada sms yang masuk ke HP-ku dari seorang seniorku yang sudah aku tunjuk untuk menjadi perantara kami, “Orangnya adalah Muhammad Aslan, angkatan 2004. Kamu masih kenal kan?”.
Aku melongo menatap HP-ku, kubaca baik-baik sms tersebut. Aku merasa tak percaya, tapi nama itulah yang tertulis dalam sms yang aku terima. Aku sangat kaget mengetahuinya, bagaimana mungkin secret admire itu adalah dia. Dia yang dulu kukenal sebagai ikhwan yang tidak terlalu banyak bicara, dia tidak pernah berani menatap mataku ketika berbicara denganku. Dia yang dulu sering menjadi bulan-bulananku ketika ada masalah dalam dakwah di jurusan kami. Dan dia adalah adik angkatanku, bagiku, setiap ikhwan angkatan dibawahku yang kukenal ketika masih di kampus dulu sudah kuanggap seperti adikku sendiri. Sekalipun tak pernah terlintas difikiranku mengharapkan sosok mereka menjadi imam-ku.
Astaghfirullah,,, aku menangis. Kuambil air wudhu dan mendirikan sholat sunnat 2 raka’at. Lagi-lagi aku tak bisa menahan air mata di hadapan-Nya. Aku mengadukan segala kegundahanku pada-Nya. Aku sungguh tidak mengerti apa yang membuatnya mengagumiku, dan sejak kapan rasa itu menghampiri hatinya. Aku berpasrah dalam keheningan malam di atas sajadah lusuhku. Tak ingin hal ini mengganggu fikiranku dan fikirannya. Malam ini, aku hanya ingin berkhalwat dengan Tuhan-ku. Menikmati hidup dalam buaian kasih-Nya, merasakan keindahan hati berdamai dengan-Nya. Kupasrahkan pada-Mu yaa Allah, karena yang terbaik adalah yang datangnya dari sisi-Mu.
***
Bersambung...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar