Hari ini, setelah 8 tahun, seorang teman menghubungiku via telepon. Karena masih jam kerja, aku memintanya tuk menelpon di jam istirahat. Jam istirahat masih lama, karena penasaran, akhirnya kuputuskan meng-sms dia dan bertanya dia siapa. Sebenarnya, aku sudah tau bahwa dia bukan temanku semasa kuliah dulu maupun rekan kerja. Dari namaku yang dia sebut, aku udah yakin, dia adalah teman sekolahku dulu atau boleh jadi keluargaku. Karena nama panggilan tersebut tidak pernah diberikan oleh mereka yang baru mengenalku 10 tahun terakhir ini.
Maka terjadilah sms berbalas ria yang membuat jempolku berasa kaku. Setelah saling bertanya kabar, dia masih belum menyebutkan namanya. Aku terus mendesak. Akhirnya dia mengaku sebagai teman sekelas di kelas 2 SMU dulu. Kucoba menghadirkan wajah-wajah mereka dari kaum Adam tersebut dalam Flash Back memoriku. Yang terbayang hanya segelintir orang. Aku tau, masih banyak yang belum hadir dalam lintasan memoriku.
Aku mulai merasa jenuh ber-sms-an tanpa menemui kejelasan dengan siapa aku sms-an. Aku desak lagi dia, dalam hati aku udah memutuskan klo dia dak ngaku aku bakal nge-blok nomornya, sama seperti beberapa orang tak jelas lainnya. Akhirnya dia ngasih kata kunci lagi, “orangnya yang paling bandel di kelas, ayo siapa?”. Hmmmm... Ada dua kandidat terkuat di fikiranku, “Klo bukan Atib pasti Dulla Cebo”. Balasku. “Salah satu dari nama itu”. Balasnya...
Tulisan ini bukan tuk bernostalgia kawan, tapi hanya ingin mengambil hikmah dan berbagi hikmah. Dan alangkah indahnya lagi bila ada manfaatnya buat orang lain. Termasuk diri sendiri, mengingat setiap kita memiliki masa lalu, masa-masa yang tidak mungkin terhapuskan namun bisa kita simpan lekat dalam kenangan sendiri tanpa perlu diketahui oleh orang-orang baru yang datang silih berganti dalam hidup, tentunya dengan izin Allah.
Dulu, seorang guru SMU-ku berkata, “Ada 2 hal yang membuat seorang murid itu gampang diingat oleh guru maupun kawannya, yang pertama karena kenakalannya dan yang kedua adalah karena kepintarannya”. Yah, jelas saja aku bisa langsung menebak siapa dia. Padahal, boleh dibilang sifat pelupaku sudah memasuki stadium akut. Dan aku bisa mengingatnya.
Jadi teringat sama petuah Papaku, “jangan pernah membuang tai (maaf) di jalan, karena sekali kamu ketahuan, maka setiap ada tai ditemukan di jalan, maka jangan heran jika yang menjadi tersangka utamanya adalah kamu”. Tak salah memang jika Dr. Kent M. Keith mengatakan bahwa, “The good you do today will be forgotten tomorrow”. Aku tiada mengingat banyaknya kebaikannya, tapi aku lebih mengingat setiap kenakalannya.
Mungkin kita sering mendengar seseorang menceritakan masa kejahiliaannya dengan berapi-api (saya memohon ampun kepada Allah atas yang telah berlalu karena saya pun pernah demikian), seakan-akan bangga dengan dosa-dosanya. Astaghfirullah.. Padahal dalam Hadist disebutkan “Setiap umatku akan dimaafkan, kecuali orang-orang menampakkan (perbuatan dosa). Termasuk menampakkan perbuatan dosa adalah seseorang yang melakukan dosa di malam hari, kemudian di pagi harinya – padahal Allah telah menutupi (dosa-dosa tersebut) – ia berkata kepada seseorang; kemarin saya telah me;akukan ini dan itu. Padahal Rabb-nya telah menutupi dosanya satu malam penuh, tapi ia telah membuka tabir (tutup) yang diberikan Allah kepadanya.” (Muttafawun ‘alaih).
Memang tak seharusnya kita menceritakan akan setiap aib kita yang telah lalu, bukankah Allah telah menyimpannya rapat? lalu mengapa kita membukanya setelah ia ditutup? Jika mesti harus ada yang mengetahuinya, maka yakinkanlah hati kita dengan niat yang baik, bahwa semua itu kita ceritakan semata-mata tuk mengambil ibroh (hikmah).
Just do good anyway and everywhere!!! Karena kebaikan yang kita lakukan hari ini akan dilupakan di hari esok, namun setiap keburukan atau kejahatan yang kita lakukan di masa lalu, selamanya akan dikenang meskipun kita tidak pernah melakukaannya di hari ini dan di masa depan. Biarlah mereka yang tidak mengetahui kita di masa lalu tetap pada pengetahuannya di hari ini karena bisa saja keburukan lalu menjadi beban di hari ini dan hari esok.
Rasanya, cukuplah yang mengetahuiku di masa lalu mengenangku dengan cara mereka, dengan apa yang mereka tau. Tapi besar harapanku, kelak kalian dan mereka, mengingatku dalam kebaikan, meskipun yang bisa kulakukan hanyalah memberi senyum.Batam, 031011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar