Akhir-akhir ini, terlalu banyak yang menyemangati untuk menikah. Menikah..menikah..segerakanlah...! “Apalagi yang kau tunggu???” Ah, seakan-akan urusan menikah itu hanya seperti mengerdipkan mata saja. Mudah. “Susah-susah gampang dan gampang-gampang susah. Terkadang lebih banyak susahnya, tapi kadang juga mudahnya lebih dominan,” katanya gitu.
Entahlah.. capek mikirnya. Ada yang sudah siap menikah, tapi mau menikah dengan siapa? Gak ada calon. Kalaupun ada, gimana klo hati ga sreg? Kan tidak bisa dipaksakan juga. Ada juga yang sudah punya calon tapi kondisi teknis tidak memungkinkan. So, how???
Saya pribadi tentu ingin menikah, sangat ingin malah, tapi saya juga harus realistis. Jika melihat indah-indahnya saja dari kehidupan rumah tangga, rasanya hari ini juga pengen nikah. Tapi, klo melihat sisi lainnya yang kurang indah, kembali hati menguatkan diri untuk tetap menjomblo. Bagaimanapun, ada ketakutan yang masih lebih mendominasi hati.
Jujur saja, saya masih takut. Takut menjadi beban buat laki-laki yang menjadi suamiku kelak. Takut menjadi perempuan manja. Takut berubah dari mandiri menjadi begitu sangat bergantung pada suami.
Bagaimana jika benar saya hanya sebuah beban buat suami? Bagaiamana jika saya menjadi manja sementara dia tidak menyukai perempuan manja? Bagaimana jika saya sudah sangat bergantung padanya tapi kemudian dia pergi?
Seorang perempuan, seberapa jelatanya pun dia, seketika bisa menjadi seorang ratu. Dan seberapa ningratnya pun dia, seketika juga bisa menjadi seorang babu. Karena apa? Hanya satu, semua itu dikarenakan laki-laki yang dicintainya. Bagaimana laki-laki itu memperlakukannya.
Ratu/raja atau babu, surga atau neraka. Itulah dua ujung dari sebuah pernikahan. Tentu, semua menginginkan surga rumah tangga. Semoga, Aamiin...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar