Pagi ini, seperti pagi sebelumnya dan sebelumnya lagi. Di jalan ini, 6 kali dalam seminggu setiap paginya, aku pasti melalui jalan ini. Banyak yang istimewa di jalur satu ini. Hotel-hotel mewah, laut lepas yang mengembun, udara pagi, aroma pepohonan, begitu segar memanjakan jiwa.
Di sini juga, masih di jalur ini, satu wajah kehidupan juga membentang mengikuti garis jalan. Bangunan Ruli (rumah liar), kumuh, laki-laki bertato, perempuan-perempuan berpakaian minimalisd dan anak-anak kecil berpenampilan tak terurus. Pemandangan itu, semuanya bersatu dalam sekilat perjalananku. 1 menit saja untuk melewatinya.
Dan di tempat ini juga, nenek tua yang sering berjilbab hijau itu sering duduk termenung di atas satu potongan batang pohon di sisi jalan. Sebuah tongkat kayu di sandarkan di sampingnya, kemudian ember hijau isi 2 liter di tangan kanannya.
Awalnya, kufikir nenek tua itu hanya istirahat sejenak di situ untuk kemudian menuju tempat yang biasanya ia tempati mengemis. Tapi, lama kelamaan, akhirnya aku mengerti. Ia tidak kemana-mana, tapi tetap di situ.
Sebenarnya, sejak pertama melihat nenek tersebut, hatiku sudah memunculkan niat untuk memberinya beberapa rupiah. Namun, niat itu tidak pernah menyata karena sifat pelupaku yang tidak pernah ingat menaruh duit di kantong jaketku. Begitulah seterusnya, hanya sebatas niat, sebatas memandanginya sambil berlalu.
Hingga akhirnya, bulan lalu, pagi-pagi sekali, sebelum berangkat ke kantor, ingatanku menuju ke nenek tua itu, maka kusiapkanlah uang di saku jaket. Tiba di sana, aku menepikan motorku kemudian mengisi ember hijau tersebut. Kupandangi mata nenek tua itu, oh...Allah.. tatapan itu kosong.
Berbulan-bulan dengan perasaan penasaran di setiap harinya akhirnya terbayar sudah. Nenek tua itu buta.
Beberapa hari ini, nenek tua itu menggelar tikar kecil di samping potongan batang pohon yang biasanya ia tempati duduk. Oh yah, pernah beberapa waktu aku melihatnya membawa tasbih hijau cerah seperti warna jilbabnya.
Tadi pagi, mataku sempat mencari-cari nenek tua itu. Seharusnya jam segini dia sudah ada di situ, tapi ia tidak ada. Siangnya, aku melewati jalur itu untuk makan siang di suatu tempat. Nenek tua itu sudah ada di tempat biasanya. Hmmm... entah mengapa, aku selalu kefikiran tentangnya...
Ah, semoga Allah melapangkan rejekinya. Aamiin yaa Rabb...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar