Yeah…Malaysia Again!
Alhamdulillah, suatu kesyukuran yang teramat dari hatiku yg senantiasa kuucapkan kepada Sang Penggenggam hidup untuk setiap nikmat nafas, rejeki dan nikmat tak terbatas-Nya yg lain. Tak sabar menggambarkan perasaan hati di atas lembaran putih ini, menumpahkan setiap kata yang muncul difikiran akan apa yang mata ini saksikan selama perjalanan ke Malaysia beberapa waktu yang lalu.
FINAL AFF ZUZUKI CUP 2010 Leg I di Bukit Jalil merobohkan pertahananku untuk tidak melakukan perjalanan jauh diakhir tahun ini. Sungguh sangat menarik hati, seperti magnet yang terus menerus menarik otakku untuk berkompromi dengan fikiran dan hati untuk mau menjadi salah satu dari 15.000 kuota penonton untuk Indonesia. Sebenarnya kondisi financial saat itu tidak memungkinkan, namun karena keinginan yg amat kuat akhirnya kuputuskan melakukan deal-dealan dengan Kak Vina (seorang seniorku di kampus dulu dan sekarang masih aerumah). 400RM + 20SGD, Alhamdulillah sudah di tangan. Jumlah kami 7 orang yang berangkat ke Bukit Jalil.
Dari rumah menuju Batam Centre Terminal Ferry, sebelumnya saya sudah booking tiket Batam – Johor 2 way untuk 7 orang jadi pas nyampe di Terminal Ferry tinggal nunjukin Passport. 1 Tiket = Rp. 370.000,- dan klo dalam mata uang Malaysia ternyata lebih mahal, RM140 (Rp. 406.000,-). Pelajaran pertama; Pastikan perbandingan harga dalam Rupiah dengan mata uang Daerah tujuan biar bisa dapat harga yang lebih murah.
Setelah tiket di tangan, kami langsung menuju tempat pemberangkatan dengan menunjukan Tiket, Passport dan NPWP. Di bagian Imigrasi jg menunjukkan hal yang sama. Tapi klo mau lebih aman, sebaiknya Foto Copy KTP, NPWP dan bagian Lembar depan dan belakang Passport-nya biar lebih gampang klo nantinya dapat petugas Imigrasi yang agak cerewet. Ferry pun berangkat sekitar pukul 05.45 PM (Last Ferry), tiba di Johor ± pukul 08.00 PM (Waktu Johor), sejam aja dari Batam jadi ga begitu kerasa dah nyampe di Terminal Ferry Stulang Laut - Johor.
Sedikit ada konflik waktu menaiki Ferry, salah seorang rombongan kami protes. “Kok Ferry-nya kecil? Sengaja yah pilih yang paling murah? Lain kali klo mau booking Ferry, ambil yang paling mahal aja…”. Diriku hanya tersenyum dan bilang klo aku dapat nomor agen Ferry ini dari Recepsionist kantor. Dia memang ngasih 3 nomor telepon, dan ketika saya nelpon agen pertama katanya saya boleh booking, yaa saya OK-kan saja. SELESAI! (Tapi dalam hati: Dughhh Mbak, coba ada sampan, trus gratis saya pasti pilih naek sampan tersebut… Hehehe)
Begadang di Johor
Kami langsung menuju Imigrasi di Terminal tersebut, prosesnya sama saja dengan Imigrasi di Batam. Setelah kami dari Imigrasi, kami jadi pada bingung… Selanjutnya kemana? Hehehe… Sumpah, saya tak tau prend. Kok Imigrasinya beda yah waktu saya dari Singapore dulu? (ya iyalah, satu lewat darat ke Johor dan sekarang pake Ferry.. Satu terminal Bus yang satunya lagi terminal Ferry. Garuk2 kepala..). Tapi sebelumnya bukan berarti ga ada konflik loh… Pas nyampe di Terminal Johor, waktu itu kan Ferry-nya sandar di dermaga. Nah, teman2 nanya ke saya. “Ki, ini dah nyampe Johor belum?”. “Aku ga tau mbak, aku kan baru pertama ini juga naek Ferry ke sini”. “Ini baru sejam perjalanan, tapi kata kamu 2 jam”. “Iya, tapi aku juga ga tau berapa lama pastinya, soalnya Mbak Dian (teman kantor yang biasa ke Johor dengan Ferry) bilang klo brangkatnya jam 6 sore nanti nyampe di sana jam 8”. Dan memang benar, di Johor sudah jam 8. Lebih cepat sejam dari waktu Batam. Jadi klo diitung2 tetap aja 2 jam kan??? Hehehe… (Kembali hanya hati yang berbicara, so what? Yang penting kan kita udah nyampe, masalah 1 jam ato 2 jam… kok mesti repot???... Astaghfirullah…)
Kami keluar dari Terminal Ferry setelah bertanya sama seorang pegawai di sana. Katanya, ambil taksinya di luar area Terminal aja soalnya klo ambil yang di dalam terminal kenanya bisa mahal (sama saja di Indonesia) dan pastikan ARGOnya ON. Biaya taxi antara 10RM-15RM ke Terminal Larkin. Kami berjalan sesuai Instruksi pegawai tadi, keluar dari gedung, belok kanan, lurus, kanan lagi sampe dapat simpang (perempatan). Intinya klo dah Nampak THE ZON, silahkan cari taxi menuju Terminal Larkin.
Sampe di Terminal Larkin kami langsung membeli kartu perdana sebanyak 2 buah, ini untuk mempermudah komunikasi kami nantinya dan kalo2 kami pisah jadi kita pada tau bisa hubungi ke nomor mana. Setelah itu kami hunting ticket Bus ke Kuala Lumpur. Apes-nya harga tiket pada mahal, rangenya dari 45RM - 60RM. Beda dari biasanya, Cuman 29RM – 32RM. Kenapa??? Karena hari libur (NATAL). Pelajaran kedua; Sebelum ke kampong orang lain, cari dulu info hari raya ato hari libur Negara tersebut. Soalnya klo bertepatan dengan hari libur, semua harga pada naik.
Bukan berarti tak ada masalah di sini. Kembali lagi saya mesti berdebat dengan beberapa orang dari rombongan kami. Masalah sepele sih, mengenai criteria Bus yang akan digunakan. “Cari yang paling aman”, kata seorang dari mereka. Saya sih cari yang paling murah. Hehehe.. Setelah survey, kita berembuk yang akhirnya diputuskan mengambil yg harganya 50RM. Plus, setelah sampe di Johor kita akan mencari penginapan. (WHAT???). Planning awalnya kita hanya akan nginap di Masjid, jd ga ada budget buat penginapan tapi akhirnya forum memutuskan untuk menyewa penginapan. (lagi lagi hati berkata, mbak..mbak, klo ada mobil truk yg bisa ditumpangi sampe ke KL n mandinya ntar di mall aja, gua tetap rela… Tapi, yah..menghargai keputusan forum. IKUT). Pelajaran ketiga: Sebelum melakukan perjalanan, samakan persepsi antar anggota rombongan. Mau model perjalanan yang kaya’ mana? Mau Backpackeran atau mau tour? Klo mau tour, sepertinya lebih enak klo ambil salah satu agen Travel.. he..
Jangan percaya sama orang India, 50% mereka adalah penipu. Supir taxi mengingatkan kami akan hal ini. Dia warga Malaysia keturunan China. Sebenarnya tak ada niat untuk menggeneralisir, tapi kenyatannya memang selalu begitu. Jadi teringat pengalaman pertama ke Kuala Lumpur. Kami harus merogoh kantong dalam-dalam untuk membayar taxi menuju Bandara khusus Air Asia, 326 RM bok… Sejuta klo dirupiahkan.. Masya Allah.. Belum kering air mata ini karena orang India (bukan karena nonton Film Bolywood yah), kami mesti begadang sampe jam 3 waktu setempat karena Bus yang akan kami pakai ke KL belum nyampe di terminal. Katanya sejam lagi, abis itu 30 menit lagi dan 15 menit lagi.. Huuuuhhh..dasar orang India. Jadi ingat rekan kerja yang juga orang India di kantor, Ok.. After Lunch, sorry tomorrow.. eh tungguin, beberapa hari berikutnya baru nongol, itupun klo sudah habis di-Fuck-in sm si Bos.
KBRI
Jam 7 pagi tapi matahari belum muncul, tiba di Bukit Jalil Terminal Bus (terminal ini hanya sementara berhubung terminal di Pudu Raya sedang direnovasi). Kami sholat subuh dan foto2 di luar Gedung Olahraga Bukit Jalil, kebetulan terminalnya dekat dari gedung olahraga jadi tinggal nyebrang aja. Beberapa tenda dagangan suvenir2 sepakbola dah buka ketika kami jalan-jalan di sekitar gedung tersebut. Setelah bertanya ke beberapa orang dimana tempat pembelian Tiket untuk Supporter Indonesia akhirnya kami mendapat kepastian bahwa membelinya hanya bisa di KBRI. Di Bukit Jalil ini jg ada stasiun kereta LRT, kami beli tiket LRT ke Stasiun Tun Razak, hanya 1RM. Sampe di Tun Razak, kami naik Taksi ke KBRI, 5RM. Di KBRI kami langsung beli Tiket, gak pake antri kok dan Tiket-nya masih banyak. Kami masuk TV loh… Global TV mewawancarai kami di sana dan dengan semangatnya kami menyanyikan lagu GARUDA DI DADAKU.
Kami mencari penginapan dan Alhamdulillah dapat, tepatnya di Jalan Imbi, dekat Pasar Raya dan Time Square. Hotel FUJISAN. 78RM (untuk 2 orang). Kami 3 orang perempuan jd bayarnya 90RM. Akhirnya ketemu tempat tidur juga, dan yang paling penting bisa terbebas dari beban ransel yang seakan mematahkan seluruh persendian dan tulang belakangku. Kami istirahat beberapa jam sambil siap-siap berangkat ke Genting Highland.
Jam 3 sore waktu Kuala Lumpur, matahari begitu menyengatnya. Sempat diserang rasa malas tuk beranjak karena kecapean, panas dan keuangan yang mulai menipis. Tapi setelah dihitung-hitung, Insya Allah cukup dan lagian bisa dapat pinjaman dari teman yang membawa duit lebih. Dan berangkatlah kami dengan penuh antusias. Bus yang menuju genting ada di Terminal Pasar Raya, jadi kami hanya butuh berjalan sekitar 150 meter dr hotel. Klo ga salah ingat, untuk Bus = 4,6RM dan untuk Skyway (naik kereta gantung) = 5RM.
Sepanjang perjalanan tak ada hentinya saya berdecak kagum. Tak sedetikpun kubiarkan diriku lalai dari perjalanan ini. Sungguh pemandangan yang sangat memanjakan mata. Di dalam kota, hampir tak ditemui rumah-rumah penduduk. Semua adalah gedung-gedung tinggi tersusun rapih, berdiri tegak seakan membisikkan kata dengan angkuhnya, “Bandingkan dengan Jakarta yang kalian banggakan”. Meskipun sy belum pernah ke Jakarta, tapi kondisinya sudah terbayang di mata dengan kesemrawutannya yang menyesakkan. Andai Pemerintah membangun Apartemen murah untuk masyarakat menengah ke bawah, betapa banyak masalah Jakarta yang bisa diatasi dengan system ini. Andai semua orang kaya tidak perlu mengambil banyak lahan tuk membangun Istananya di Jakarta, berapa banyak jiwa yang tidak perlu menggelandang bersesakkan di bawah jembatan.
Perlahan meninggalkan kemegahan kota Kuala Lumpur memasuki daerah menuju Genting. Subhanallah, hutan-hutan yang indah terawat. Tiada tanda cacat sedikitpun, bahkan ranting yang patahpun seakan tak dibiarkan terjadi di hutan ini. Mataku lepas memandang hijaunya dunia, fikiranku kembali lagi ke Tanah Tumpahnya Darahku, Indonesia. Bagaimana dengan hutan-hutan yang ada di Bumi Pertiwiku? Setiap saat hutan-hutan kita digerogoti oleh tangan-tangan nakal anak negeri ini. Mereka rela menggadaikan hutan-hutannya demi memenuhi kepuasan perutnya. Dan penguasa negeri ini pun seakan tak peduli dengan kondisi tersebut, uang selalu menutup mata orang-orang yang memiliki hati yang miskin.
Wellcome to Genting Highland
Harus kuakui kawan, Malaysia bukannya selangkah lebih maju dari kita tapi Malaysia telah maju bebetapa langkah di depan kita. Mungkin saja sudah sangat jauh meninggalkan kita. Tapi saya tidak berkecil hati kok sebagai WNI, saya tetap bangga dengan Indonesiaku. (ya iyalah, emang ada Negara lain yang mau menerima saya jadi warganya, hehehe). Lagi-lagi saya mengutuk dalam hati pejabat-pejabat negeri ini yang telah membuat terjadinya kemiskinan dan kerusakan moral di setiap ruang Negeriku.. uhhhggghhh. Kembali lagi tentang pemanjaan mata, jalanannya bagus dan teratur dengan 2 jalur jadi tingkat kecelakaan bisa diminimalkan, fikirku.
Tak terasa kami sudah sampai di Genting, kira-kira 1 jam perjalanan… Eh lupa, kami nambah personel. Di Johor kami bertemu dengan sebuah keluarga yang terdiri dari Pasangan suami istri dengan 3 orang anak laki-lakinya yang bening-bening. Hehe… Ini perjalanan pertama mereka ke Malaysia. Mereka cuma pengen look around saja, beda sama kami yang memang niatnya mo nonton bola. Di Genting kami tibanya sudah agak sore, sebelumnya pastikan bahwa kita membeli terlebih dahulu tiket balik ke KL klo ga mau sampe nginap di sini. Rupanya kami kehabisan tiket, tapi katanya kami bisa membelinya di atas (atas mana??? Baca aja terus)..
SKYWAY!!! Entah di lantai 3 atau 4, lupa… Di sini antriannya panjang untuk menikmati permainan kereta gantung. Selama antri, mataku terus berwisata dari satu wajah ke wajah lainnya. Banyak banget orang-orang berwajah aneh di sini, itu menandakan bahwa yang berwisata ke sini datangnya dari berbagai Negara. Tapi banyak juga orang Indonesia, kami saja ada 12 orang. Belum lagi yang lain… Dan tibalah saatnya giliran kami menjadi penumpang angkutan ini. Bentuk keretanya sih udah kebayang di pelupuk mata, pasti kaya’ yang di film-film dan memang begitu adanya. Maksimal 8 orang saja untuk 1 kereta. Saya ikut dengan rombongan keluarga baru kami dan 2 orang lainnya adalah orang asing, klo liat tampangnya mereka adalah orang China. Allahu Akbar!!! Adrenalinku terasa meningkat, jantungku berdegup kencang. Rasanya sama ketika pertama kali saya naik pesawat. Hmmm.. Lagi-lagi kudapatkan moment dimana kurasakan keimananku meningkat. Entah perasaan takut atau perasaan apa, kecampur aduk dalam otakku. Terus menyebut Asma-Nya dalam hati dan menghadirkan wajah kedua orang tuaku. Ahh.. Kiki..Kiki…Kamu selalu begitu, baru ingat ortu klo sedang dalam kesulitan. Apalagi klo lagi gak punya duit, huuuuhhh… Pasti cepat banget tuh nelponnya ke kampong. Hehehe.. Emak, Pak.. Maafin anakmu yang manis ini…
Subhanallah!!! Sebagai anak teknik, pastinya ini membuat saya sedikit bertanya dalam hati dengan konstruksinya. Bagaimana dengan perhitungan kekuatan struktur tiap tiangnya, penentuan jarak antar tiang, jenis pondasi yang digunakan, kekuatan tali dan system kerja kereta ini. Sejauh pengamatan saya, kereta ini dijepitkan ke Tali. Talinya saja yang bergerak, keretanya fix di posisinya. Di setiap tiang ada katrol, mungkin teman dari teknik mesin bisa menjelaskan fungsi katrol tersebut. Sesekali keretanya berhenti, gak tau apa maksudnya. Apa untuk semakin memompa adrenalin para wisatawan atau memang ini adalah bagian dari prosedur safetynya. Bagi yang takut ketinggian, hmmm… senang klo bisa melihat wajah paniknya. Hehe.. Menyentuh dinginnya kabut, menikmati hamparan pepohonan hijau membuatku melupakan utang-utangku… Dan pastinya moment ini tidak sah rasanya jika tak mengabadikannya dalam gambar-gambar yang akan kuceritakan ke anak cucuku kelak. Klo ada umur panjang…
Saya lupa berapa jumlah tiangnya, mungkin lebih dari 20 tiang. Sampailah kami di sebuah gedung megah, gedung yang sebelumnya kami lihat di bawah ketika dalam perjalanan ke Genting. Sempat terbesit pertanyaan dalam hati, mungkinkah kami bisa menjejakkan kaki pada sebuah banguanan yang diselimuti kabut di atas puncak gunung itu??? Dreams come true… Rupanya inilah tujuan Skyway mendarat. Alhamdulillah, kaki telah menapaki bumi lagi. Selamat..selamat…
Seperti yang saya ceritakan sebelumnya bahwa kami kehabisan tiket Bus ke KL jadi belinya di atas saja, dan yang dimaksud adalah tempat dimana kami menjejakkan kaki sekarang. Segera setelah sampe, sebagian langsung mencari loket tempat pembelian tiket Bus. Susah juga, tempatnya jauh dan sudah full booking. Loketnya bakal buka lagi jam 9 malam, dan its mean that kami akan sampe malam di sini. Ngeribas deh.. Jalan-jalan lagi mengitari mall sampe capek, lambung kembali memberi tanda untuk segera diisi. Kembali KFC menjadi pilihan.. Bosaaaannnnnnnnnnnn…
Di Genting ini terdapat Arena Permainan baik outdoor maupun indoor, Dufan-nya Jakarta lah. Tapi di sini lebih lengkap, jenis permainannya juga sangat variatif dan pastinya sangat menantang. Yah, cukup dilihat saja. Saya tidak berani mencoba, lagian waktu juga semakin mepet. Kelamaan di KFC sih, makanya gak sempat maen. Ada sih permainan yang mudah.. CASINO, he.. Di sini perjudian legal buat warga asing. Ada yang bilang klo inilah Las Vegasnya Malaysia. Tapi, maaf saja untuk pribumi..Ga boleh. Pintar juga nih pemerintah Malaysia, meskipun Negara monarki tapi mereka tau apa yang baik untuk warganya dan mana yang tidak baik buat warganya. Lagi-lagi kuacungi jempol deh..
Setelah makan kami langsung menuju tempat loket pembelian tiket Bus ke KL, di sepanjang perjalanan ke terminal Bus kami selalu menyempatkan tuk berfoto ria. Pokoknya berfoto sampe kameranya bosan melihat wajah-wajah cantik dan ganteng poetra-poetri kebanggaan Indonesia ini..huahaha..Gubrak..
Semakin malam, udara semakin menggila dinginnya. Alhamdulillah, sebagai seorang akhwat dingin yang saya rasakan pastinya tidak sebanding dengan mereka yang berpakaian agak terbuka atau tipis. Dan saya berkaos kaki, jadi beruntunglah kita yang berpakaian tertutup. :D
Lagi-lagi tak kubiarkan mataku terpejam dalam perjalanan pulang ke Hotel. Menikmati pemandangan kota KL dari atas ketinggian di malam hari, kontur jalan yang menurun dan berkelok. Hmmm..perputaran 1800, menegangkan sekaligus menyenangkan. Yang terbayang adalah Toraja, yah..perjalanan dari Toraja ke Palopo. Tidak jauh berbeda ketegangan yang dihasilkan. Tapi di sini tingkat safetynya 70% lebih tinggi dari Toraja ke Palopo. Jalanan yang cukup luas, 1 jalur dan semuanya memakai pembatas. Andai Toraja bisa seperti ini.. Harapku…
Bus berhenti di terminal, kami langsung menuju stasiun kereta dan mengambil kereta menuju stasiun Imbi. Sebenarnya lebih dekat seandainya kami memilih turun di stasiun Bukit Bintang, tapi karena kami belum tau jalan, yah gini deh jadinya, tersesat.. Setelah jalan beberapa menit dan tak ada tanda-tanda kami menemukan hotel kami, akhirnya kami bertanya pada pedagang yang kami temui di jalan. Alhamdulillah, sebelum meninggalkan hotel saya sempatkan mengambil foto-foto bangunan di sekitar hotel. Kami tunjukkan foto tersebut dan mereka langsung menunjukkan jalan, mereka sangat ramah. Bahkan mereka memberi kami 100RM. Subhanallah..
PETRONAS
Bila ada yang menyebut kata Malaysia pasti yang muncul di alam fikiran adalah Menara kembarnya atau gedung petronas alias Twin Tower bin KLCC. Akhirnya, saya bisa berdiri tegak di bawah menara kebanggaan Malaysia dan pastinya saya sudah punya bukti autentik dalam bentuk foto bahwa saya pernah menjejakkan kaki di sini. Sayang, kami ke sana agak siangan. Selain kami tidak kebagian tiket tuk naik ke gedung petronas, Matahari juga sedang memposisikan dirinya di tengah menara tersebut. Jadi foto yang dihasilkan tidak terlalu bagus karena cahaya matahari. Tapi tak mengapa yang penting puas foto-fotonya.
Oh yah.. di sini security-nya resek banget, foto-foto di sisi kolam air mancurnya dianggap Offside. Berdiri di atas sisi-sisi taman bunganya juga dianggap Offside. Tapi cuek aja, selama securitynya masih berada sekitar 50 meter dari posisi kita.. Tancap aja.. Tinggal klik, jadi deh foto-fotonya. Harus pintar-pintar cari angel yang pas buat ambil foto klo mau kedua gedungnya ikut berfoto dengan dirimu. Dan pastinya dibutuhkan fotografer yang handal, minimal yang amatiran kaya’ saya lah.. hehehe
Karena lapar dan waktu juga sudah menjelang sore kami mencari makanan di Mall sekitar KLCC. Mmmmm…Setelah berhari-hari dengan KFC, akhirnya kami menemukan aneka makanan Indonesia. Emang dasar lidah orang Indonesia, dimanapun pasti cari makanannya sendiri. Harga makanannya juga relative murah dan rasanya Indonesia banget.
Berjalan mengitari mall membuat saya menciptakan takdir tuk bertemu dengan seorang yang cukup terkenal di Negeri ini, bapak Menpora, Andi Mallarangeng. Tak lupa kami berfoto ria dengan beliau. Dunia ini memang tak bisa ditebak, saya harus jauh-jauh ke Malaysia untuk bisa bertemu secara langsung dengan beliau padahal sama-sama berasal dari Kota Makassar. Forget it, beliau juga manusia biasa dan rakyat Indonesia jadi euphoria bertemu beliau tidak begitu tinggi. Biasa-biasa saja, malah kembali mengingatkan saya pada pejabat-pejabat yang korup yang selalu bikin geregetan setiap kali mendengar kata “Pejabat”.
SENI BERBELANJA DI PASAR SENI
Bagi yang melakukan perjalanan jauh, entah ke suatu daerah atau ke Negara lain pastinya gak sah rasanya klo tidak belanja. Di pasar seni inilah salah satu tempat yang baik dan bener tuk hunting souvenir yang murah meriah. Dari KLCC cukup naik kereta saja, boleh juga dengan menggunakan Bus. Tapi klo belum tahu jalan sebaiknya menggunakan kereta. Naik taxi juga boleh bagi yang memiliki Ringgit yang berlimpah. Hehehe..
Malu bertanya, jalan terus sampe capek. Setelah bertanya ke beberapa orang di sekitar KLCC, akhirnya kami menemukan stasiun kereta menuju pasar seni. Sampai di stasiun pasar seni, kami berjalan sekitar 200 meter untuk sampai ke tempat tujuan.
Di sini kita bisa menemukan aneka souvenir khas Malaysia seperti gantungan kunci Twin Tower, Pin dan masih banyak lagi. Baju kaos untuk oleh-oleh juga banyak, mulai dari harga termurah sampe yang saya mikir tuk membelinya. Dari yang kualitas tinggi dan berkualitas rendah. Batik juga banyak di sini.
Yah..silahkan dinikmati perbelanjaannya. Jangan coba-coba beli Ringgit dengan menggunakan Rupiah di sini. Mahal tau, lebih baik pake Dollar kalo punya soalnya lebih murah bahkan lebih murah lagi dibandingkan ketika menukarkan Rupiah ke Ringgit sewaktu masih di Indonesia.
Puas belanja, teman-teman maksudnya.. lagi-lagi saya hanya memuaskan mata tuk melihat-lihat. Belanja sih, tapi cuman dikit. Hehe.. kami kembali ke stasiun kereta untuk segera ke Bukit Jalil. Saatnya berpisah dengan keluarga baru kami selama beberapa hari di Malaysia. Will miss u all..
Dalam perjalanan ke Bukit Jalil, kami sempat singgah di stasiun Masjid Jamek untuk melakukan transfer kereta. Sayang hanya transit, padahal besar keinginan hati untuk mengunjungi Masjid Tertua di kota KL tersebut. Waktu semakin senja, di atas kereta yang sesak dengan pendukung Indonesia dan Malaysia berbaur dalam satu Train. Atmosfir kompetisi mulai terasa mengusik jiwa nasionalisme. Cieilehhh..
AROMA POLITIK DI BUKIT JALIL
Hiruk pikuk dan suara terompet membahana di seluruh penjuru Bukit Jalil. Ada rasa takut bercampur haru di dalam hati. Takut bukan karena merasa akan mendapatkan perlakuan buruk dari supporter Malaysia, tapi takut menjadi saksi kekalahan Indonesia untuk kali pertama di musim ini. Terharu karena bangga dengan pencapaian diri, sejauh ini melangkah untuk memberikan sedikit penambah volume teriakan kata INDONESIA di lautan penduduk Malaysia.
Kami istirahat sejenak di Masjid Bukit Jalil yang letaknya di sekitar Stadion Olahraga. 1 lagi yang membuat saya senang dengan Negeri Jiran ini, ruang sholat dan tempat mengambil air wudhu laki-laki dan perempuan dipisah pada tempat-tempat umum. Entah itu di Mall, di Bandara atau di Terminal Bus. Jadi gak ada kekhawatiran bakal kelihatan auratnya oleh lawan jenis.
Rasa lelah membuat saya tidak amanah. Seorang teman di Batam menitipkan barang untuk seorang temannya yang juga akan nonton bola di Bukit Jalil. Saya sudah menelponnya berkali-kali, menunggunya selama berjam-jam tapi dia tak muncul-muncul juga. Tanpa fikir panjang saya meletakkan barang tersebut di dalam Masjid dan kemudian ngirim sms ke dia untuk memberitahukan posisi titipannya. Dia tidak ingin berpisah dari teman-temannya, begitupun saya. Pelajaran keempat; jika ingin melakukan perjalanan jauh, hindari membawa titipan jika anda tidak ingin susah. Kabar terakhir yang saya dengar, katanya barang tersebut tidak hilang. Alhamdulillah..
Kejenuhan menunggu semakin memuncak. Kami masih menuggu kedatangan 3 orang teman dari Batam yang tiketnya saya pegang. Mereka kejebak macet di jalan. Teman-teman sudah tak sabar lagi memasuki stadion. Tapi mau diapa lagi, kami harus tetap menunggu. Sekilas bila melayangkan pandangan ke titik-titik berkumpulnya supporter Indonesia, kita akan menemukan banyak spanduk-spanduk yang beraroma Politik. Yang paling saya ingat adalah, “Say NO to Nurdin H, Say YES to TimNas”. Hmmm…
Kami meninggalkan masjid dan menuju area stadion, gemuruh suara supporter Indonesia maupun Malaysia semakin memompa Adrenalin. Tapi hanya bisa mendengarkan, kami masih harus menunggu. Sempat saya beradu urat saraf lagi menelan perasaan jengkel ke beberapa teman. Mereka sudah tidak tahan lagi untuk menunggu. Akhirnya saya memberi opsi untuk mereka semua boleh masuk stadion terlebih dahulu, saya akan menyusul dengan ke tiga teman yang akan datang. Diam lagi tak bergerak. Saya mengerti kegelisahan teman-teman dan kembali saya mengusulkan untuk kita menunggu di depan pintu masuk stadion saja dan semuanya setuju. Di pintu masuk stadion, Kiki Amalia istri Keeper Markus Haris Maulana lewat di hadapan kami dan masih banyak artis lainnya. But, who care??? Banyak lage yang mau foto-foto bareng mereka.. Saya selalu berdoa agar tidak pernah tergiur tuk berfoto dengan artis yang saya anggap lebih banyak memberi mudhorat daripada manfaat ke seluruh pemirsa Indonesia.
Tidak begitu lama menunggu akhirnya ke-3 teman sudah datang, Alhamdulillah. Dengan sigap kami langsung memasuki stadion dengan pemeriksaan tiket dan rasia botol air minum terlebih dahulu. Ini untuk mengurangi terjadinya saling lempar antar supporter.
Allohu Akbar! Baru kali ini saya berada dalam lautan manusia dengan gemuruh suara menggetarkan hati, sempat menitikkan air mata. Entah untuk apa air mata ini menetes, biarlah. Saya Bahagia. Tapi ada kondisi yang membuat saya malu sebagai anak negeri. Untuk apa spanduk-spanduk besar beberapa tokoh Politik Indonesia dipajang di sini??? Mau kampanye yah pak? Sama siapa, sama TKI yang kalian sia-siakan di negeri Jiran ini yah? Astaghfirullah… Sungguh sedikit rasa malu kalian..
Nonton secara live seperti ini mempunyai sisi positif dan negative. Positifnya, kita bisa merasakan secara langsung atmosfir dan euphoria para gibol. Cocok banget buat orang stress, lo bisa teriak sepuasnya. Tak akan ada yang memandangmu dengan tatapan aneh. Negativenya, pemainnya keliatan seperti semut. Apalagi yang punya penglihatan sudah agak rabun, uhhhh..bikin gak asyik. Andai saya tau sebelumnya, pasti saya akan membawa teropong. Ada masalah dalam lapangan kita juga gak tau. Misalnya nih, waktu si Abang Markus protes.. Saya bertanya-tanya, lo ini ada apa? Tak ada jawaban. Ada pelanggaran atau gol, yahhh..hanya bisa ikut teriak. Gak ada siaran ulang kaya’ di Tipi.. Tapi whatever-lah, yang jelasnya dengan pengalaman ini saya memutuskan untuk tidak lagi nonton bola secara Live klo bukan Tim kesayangan saya yang maen, Manchester United. Bravo MU!!!
GOLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLL!!! Indonesia kebobolan tepat di depan kami. Hikssss… Maju Indonesia, harapan itu masih ada. Gooooooooooooooooooool! Kebobolan lagi, semangat. Ciptakan keajaiban. GOOOOOOlllllllllll!!! Ayo pulang!!! Kecewa PenontonGGG!
Kami langsung meninggalkan Stadion Bukit Jalil segera setelah gol ketiga tercipta. Kami langsung membeli tiket Bus menuju Johor untuk segera kembali ke Batam. Lemas, lesu tak bergairah. Semangat yang berapi-api yang saya bawa ke Bukit Jalil sirna seketika. Mungkin ini teguran untuk kita semua, khususnya para pejabat Negeri ini akan kejahilannya menjadikan Bukit Jalil menjadi Bukit Jahil.
Ok, see u next time Kuala Lumpur. Insya Allah, saya akan kembali lagi ke sini untuk melanjutkan perjalanan-perjalanan panjang yang ingin kutempuh di sepanjang hidupku. Senang bisa berada di sini, meskipun kita sering bersinggungan karena masalah TKW dan batas Negara. Sejenak kita lupakan urusan pemerintah.. And Back to Batam!
Pelajaran kelima; sebagaimana dalam sebuah hadist rasulullah SAW bersabda, “Jika keluar tiga orang melakukan perjalanan harus mengangkat salah seorang sebagai pemimpin rombongan”. Kami lalai dikala itu, kami lupa untuk mengangkat satu diantara kami untuk menjadi kepala suku. Seandainya kami mengikuti sunnah Rasul tersebut, mungkin perasaan gondok dan saling tidak enakan bisa diminimalisir.
Nice trip, I enjoy the show. Alhamdulillah…
The End.
Batam, 7 January 2011.
Kuselesaikan tulisan ini sembari mendengarkan Film Naga Bonar dengan iringan lagu, “ dari yakinku teguh, hati ikhasku penuh……….”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar