Pilihan sempurna mencari penginapan murah untuk para Backpacker di Kuala Lumpur tentu saja di Bukit Bintang. Bila di Bangkok terkenal dengan Khaosan Road-nya, maka di Kuala Lumpur di sinilah tempatnya. Dari terminal Bus Puduraya, kita tinggal berjalan kaki menuju Stasiun kereta Plaza Rakyat, ikuti saja tanda panah yang ada di dalam gedung terminal. Setelah itu kami turun di Stasiun Interchange Hang Tuah dan kemudian berganti kereta MRT menuju Stasiun Bukit Bintang.
Saya sempat mengalami jet lag ketika keluar dari stasiun MRT. April tahun 2012 lalu saya pernah menginap di salah satu Hotel di sini. Tapi, saya merasa ada yang berbeda. Bingung. Yang paling saya ingat bahwa di sini pasti akan menemui McD setelah keluar dari Stasiun kereta. Hanya saja, sedang dilakukan project pengembangan jalur MRT jadi tampakannya cukup berbeda.
Untuk mendapatkan penginapan murah, setelah menyebrang dari Stasiun kereta ke McD, langsung saja belok kiri dan susuri saja jalannya. Ada banyak Hotel dan Guesthouse di sini. Tinggal pilih mana yang paling cocok di kantong dan enak di hati.
Karena masih suasana long weekend, beberapa Hotel yang kami datangi semuanya sudah pada Full. Akhirnya kami mendapatkan Hotel seharga 90 Ringgit/malam. Klo gak salah ingat namanya Hotel 168.
Perjalanan 20 jam dari Phi Phi Island kemaren sungguh meremukkan tubuh. Bertemu dengan kasur merupakan sebuah kenikmatan yang luar biasa. Tapi, lagi2 perut meminta jatah makan. Ah, kali ini perut harus dipaksa bersabar lagi. Tidur sejenak dengan posisi tidur lebih penting daripada tidur berjam2 tapi posisi duduk. Hehehe..
Sekitar jam 11 pagi kami keluar mencari makan. Di luar hujan kadang2 menderas kadang2 hanya rintik2 saja. Beruntung sy beli payung di Bangkok jadi bisa termanfaatkan di sini. Setelah makan, kami kembali ke Hotel untuk mengambil Jacket berhubung kami akan menuju Genting Highland. Takutnya kami kemalaman karena di sana dingin banget klo malam, khawatir Abi kedinginan seperti di atas bus dalam perjalanan dari Bangkok kemaren.
Untuk ke Genting Highland, kita bisa ke Terminal Bus Lokal yang ada di dekat Stasiun Titiwangsa. Setelah sampai di sana, ternyata kami kebagian ticket Bus yang berangkatnya jam 2.30 siang. Masih lama banget nunggunya. Kami memutuskan jalan2 di sekitar Terminal sekaligus nyari2 kounter yang menjual kartu perdana. Sy membeli kartu Perdana seharga 10 Ringgit dan langsung top up 10 Ringgit lagi. Tapi, baru 1x sy pake buka opera mini, sy sdh kehilangan 5 Ringgit. Capek deh!!!
Entah apa yang merasuki sy, tiba2 sy suka jajan. Sy membeli dua tusuk makanan sejenis siomai dan sosis, Abi tidak berminat jadi semuanya sy yang makan. Tiba di Genting, kami langsung cari Musholla terlebih dahulu kemudian muter2 di sana.
Melihat wahana permainan di sana, Abi pengen banget main Flying Coaster sementara sy tidak mau. Di sinilah perdebatan pertama kami semenjak melakukan perjalanan ini. Abi ngotot pengen main, tapi sy kudu ikut. Sy juga tetap ngotot gak mau main. Maka terjadilah sedikit konspirasi hati. Raut wajahku sudah mulai berubah, sebagai tanda sy sedang tidak senang (marah. Red).
Sy sadar, Abi punya keinginan besar untuk main. Tapi sedikitpun sy tidak punya nyali untuk melakukannya. Kami berkompromi dan akhirnya kami sepakat yang main Abi saja sendiri. Awalnya Abi tidak senang dengan keputusan ini, tapi dia juga tentu saja tidak akan memaksa sy.
Setelah beli ticket untuk main Flying Coaster, Abi ikut antri yang antriannya panjaaaaaaaaaaang banget. Diriku??? Sy lagi2 jajan sampe2 perutku seperti tak mampu lagi menampung timbunan makanan yang terus menerus masuk.
Antri menunggu giliran main.. |
Ngeri banget lihat permainan ini... Tapi tuh, wajah si Abi senang banget.. |
Setelah Abi main, kami langsung menuju tempat naik Skytrain. Jujur, sy sdh sangat malas naik kereta gantung ini. Selain karena sy sdh sering ke sini, sy juga gak kuat menahan rasa takut selama di atas kereta. Tapi setelah dipikir2, sy terlalu egois jika membiarkan suami tidak mencobanya. Ini adalah pertama bagi suami, kapan lagi kami punya waktu dan rejeki ke sini?
Sebenarnya, sesampainya di Genting, sy berencana langsung membeli ticket Bus kembali ke Kuala Lumpur, takutnya kami kebagian Bus akhir. Tapi, karena kami akan naik Skytrain ke bawah, sy batalkan niat tersebut berharap di bawah kami akan mendapatkan Bus.
Malang nasib kami, Ticket Bus di bawah sudah habis, uang kami sudah tidak cukup jika harus nyewa Hotel atau sewa taksi kembali ke Kuala Lumpur. Solusinya adalah kembali ke atas. So, setelah beberapa kali ke Genting, inilah pengalaman pertama sy naik Skytrain 2 way.
Sampai di atas, Abi ke counter membeli ticket Bus, tapi kami kebagian ticket yang berangkat jam 10.30 malam. What??? Di sini wajah Abi tampak sangat bersalah. Seandainya dia gak ngotot main Flying Coaster dan naik Skytrain, pasti kami dak kebagian Bus malam selarut ini.
“Don’t worry Abi, everything is OK!”
Malam mulai menggantikan siang dan udara semakin terasa dingin. Kami membeli kopi, lumayan untuk menghangatkan badan. Abi lapar dan membeli nasi goreng, sy masih merasa sangat kenyang tapi tetap bantu Abi menghabiskan nasi gorengnya. Hehehe…
Bete’ menunggu. Kami ikut antri di pemberangkatan Bus jam 7 malam. Kalau beruntung, kita bisa kebagian tempat di atas Bus tapi harus berdiri. Ah, gak papa berdiri, yang penting cepat balik biar bisa segera tidur.
Malamnya saya susah tidur. Sesuatu telah terjadi dengan perutku. Jadinya bolak-balik kamar mandi. Pengen bangunin Abi tapi kasihan, tidurnya lelap banget. Awalnya cuman mencret doang, tapi kemudian saya juga muntah beberapa kali. Yaa Allah… sy tidak boleh sakit di sini. Sy benar2 takut, tinggal tunggu 1 penyakit lagi, yakni demam, maka bisa dipastikan sy akan tepar. Mencret + muntah + demam, jika terjadi dalam 1 waktu, sy bisa 1 minggu gak bisa ngapa2in.
Tapi Alhamdulillah, setelah muntah beberapa kali, sy mulai merasa baikan dan sepertinya sudah akan menemukan tidur yang berkualitas.
“Pukkkkk”. Rasanya baru tidur sedetik, sy malah terjatuh dari atas ranjang. Wkwkwkwk!!!
Mendengar suara tersebut, Abi langsung terbangun dan mendapatkan sy sudah mendarat di lantai. Ah, jadi ingat malam pertama kami ketika Abi bertanya sy mau tidur di sisi mana. Saat itu sy bilang sy akan memilih sisi di dekat tembok karena sy takut jatuh dari ranjang. Mungkin karena lelah, dari awal kami sampai di Hotel ini, sy memang sudah mengambil posisi yang selama ini sering sy hindari. Dan setelah kejadian tersebut, Abi benar2 tidak memberi sy lagi tempat di sisi bebas seperti itu.
Karena Abi sudah bangun, saatnya bermanja2 minta perhatian. “Abi… umi sakit, tadi mencret2 sampe muntah2 juga.. sekarang tambah sakit Abi… hiksss..hiksss….”.
Pagi menjelang, waktunya melanjutkan perjalanan…
Kami langsung menuju Masjid Jamek, saat sampai di sana, Masjidnya masih tutup, katanya Dhuhur baru buka… Kecewa penonton!!! Karena tidak berhasil masuk Masjid, kami lalu mencari makanan. Di sana kami makan di rumah makan dekat Masjid, di sini Prasmanan dan sangat murah.
Sebenarnya, kami berencana ke Batu Caves, tapi waktu yang kami miliki sudah tidak cukup kembali ke Hotel untuk Check Out tepat jam 12 siang. Akhirnya, niat ke sana kami Batalkan. Kami hanya ke Pasar Seni untuk membeli Baju Kaos untuk oleh2.
Setelah Check Out, kami ke menara Petronas dan puas2in diri foto2 di sana sampe Kamera Lowbat. Sebenarnya sy ingin mengajak Abi makan di Foudcourt Maal di Petronas ini, tapi kami masih merasa kenyang. Beban Ransel juga terasa begitu berat, rasa2nya beratnya sudah 2x lipat dari sebelumnya padahal kami hanya membeli 4 lembar baju Kaos.
Abi masih pengen jalan2, tapi sy benar2 sudah kehabisan energy. Kami memutuskan ke Terminal Bus Puduraya. Jam 11.30 malam baru kami akan berangkat ke Johor. Di perjalanan menuju terminal, kami banyak istirahat, demi membunuh waktu. Kami sempat singgah di Masjid Jamek untuk Dhuhur-an.
Tiba di Terminal, karena sudah tidak kuat, sy meminta Abi memasangkan koyo di kedua betis sy dan 1 di punggung. Abi juga memakai koyo tapi hanya di bagian punggung saja.
Setelah beberapa lama duduk2 di terminal, sy melihat ada tempat penitipan barang. Alhamdulillah, artinya kami bisa jalan2 lagi deh tanpa menggendong rensel. Tapi, meskipun demikian sy benar2 sudah lelah.
Akhirnya, kami sengaja jalan2 aja di sekitar terminal Puduraya. Target kami adalah berjalan kami ke Masjid Jamek. Di tengah perjalanan kami membeli ice cream di McD. Kami terus berjalan menggunakan insting petualang kami, and tadaaaaa… Masjid Jamek pun sudah di depan mata.
Kami sholat Ashar di sana sembari menunggu Maghrib. Dan di Masjid inilah sy mendapatkan sholat Maghrib terbaik di sepanjang usiaku.
Bagaimana tidak, bacaan sholat sang Imam begitu merdu, begitu menyentuh, begitu indah. Subhanallah.. Dasar manusia, khusyu’ itu memang susah. Karena di tengah sholat sy begitu penasaran, siapakah gerangan Imam-nya??? Sy yakin Imam-nya masih muda tapi yg ada dalam bayangan sy sang Imam adalah warga keturunan Arab.
Setelah sholat dan kami kembali bertemu, ternyata Abi juga mempunyai kekaguman yang sama dengan sang Imam. Dari informasi Abi, sang Imam itu masih muda, mungkin seumuran Abi dan asli Melayu tampangnya. Abi sempat menunjukkan ke sy Imam-nya, sayang sy gak pake kacamata apakah tampangnya seganteng suaranya. *Loh???
Kami kembali ke Terminal Puduraya dengan kereta. Sampai di sana kami makan di Foodcourt yang ada di gedung Terminal tersebut. Setelah itu kami melapor untuk konfirmasi ticket yang sebelumnya sudah kami beli ketika baru sampai di Kuala Lumpur.
Masih ingat kan dengan penyakit Pipisku? Di sini sy sempat marah lagi sama Abi. Maksud dia sih baik, karena dia mengkhawatirkan bagaimana perjalanan kami nanti ke Johor sementara Bus yang kami tumpangi tidak punya Toilet. Tapi sy bisa apa??? Sy juga tidak mau kebelet buang air tiap beberapa waktu. Tapi ini adalah panggilan alam, sy tdk mampu menolaknya.
Dan tibalah saatnya meninggalkan kota Kuala Lumpur menuju Johor – Singapur – Batam.
Inilah cerita panjang perjalanan Honeymoon Backpacker kami. Ada suka dukanya, susah senangnya dan beraneka rasa lainnya yang tidak sama dengan permen nano2. Tapi, dibalik semua cerita ini, bukanlah untuk berbangga2 diri atau menyombongkan diri. Ini hanyalah bagian dari ikhtiar kami untuk terus belajar saling mengenal. Bukankah pernikahan itu adalah ta’arruf seumur hidup?
Dari perjalanan ini juga, kami bisa mendapatkan begitu banyak pelajaran hidup yang sangat berharga. Bagaimana kami bisa saling menguatkan, saling bersabar atas kekurangan satu sama lain. Kembali memahamkan diri bahwa sy tidak sempurna, Abi juga tidak sempurna tapi kami telah berikrar untuk selalu bersama dan kemudian saling menyempurnakan.
Di sini kami benar2 sadar bahwa di luar sana, ada kehidupan yang menanti untuk dijamah, dirasakan sendiri dan kemudian dibagikan ke orang lain. Sungguh, perjalanan ini membuat kami mengumpulkan beberapa kepingan2 hikmah hidup yang terserak di sepanjang tapak demi tapak langkah yang kami lalui.
Untuk itu, kami ber-Azzam untuk memperbaiki ekonomi kami untuk kemudian membantu kami menambah jejak2 langkah di bumi Allah ini. Perjalanan masih panjang, banyak tempat yang menanti untuk ditaklukkan. Semoga Allah memeluk mimpi2 kami. Aamiin...
*Note:
- Thanks to Allah SWT untuk memberi kami kesempatan berharga ini.
- Thanks to ke dua orang tua kami atas apa yang sudah diberikan kepada kami.
- Thanks to teman2 yang mau berbagi bersama kami.
Barakallahu lakuma, Kiki... Semoga Samara selamanya :)
BalasHapusAamiin.. Makasih mbak Dee :)
Hapusiri dan mupeeeeeng hiks hiks...
BalasHapussemoga suatu saat bisa juga honeymoon ala2 backpacker seperti kalian, yang seru bangets, aamiin ya Rabb...
Aamiin... Insya Allah say, mungkin gak skrg, tapi pasti bisa di waktu yg lain. Kami banyak ketemu pasangan kakek-nenek yang Backpackeran berdua.. Senang banget setiap kali mendapatkan pasangan renta melakukan perjalanan jauh bersama..
HapusEnvy sama mbak kiki hehe...
BalasHapusSeru kali ya punya pasangan, hobi jalan juga :)
Sebenarnya suami gak suka jalan dek, awalnya... Tapi setelah nikah, dia mulai sangat menikmati. Malah dia yg paling semangat.. :)
Hapus