Miris juga kalau melihat aksi yang dilakukan Mahasiswa dalam tayangan televisi mengenai penolakan kenaikan BBM. Secara garis besarnya, saya sangat mendukung aksi tersebut. Namun, jika melihat caranya, saya jadi tidak setuju. Tidak sepantasnya niat baik itu ditunjukkan dengan cara yang salah karena pada akhirnya pasti akan menimbulkan hal-hal yang tidak baik.
Apalagi dengan sejumlah aksi penjarahan dan pengrusakan yang seharusnya tidak terjadi. Apa hubungannya restoran cepat saji dan show room mobil dengan kebijakan pemerintah? Mengapa harus meluapkan emosi pada sesuatu yang tidak tepat? Duduki saja kantor DPRD, selesai kan?
Bagaimanapun, setiap aksi itu harus dilakukan dengan cara santun, terorganisir agar tidak mudah di provokasi. Apalagi jika aktor utamanya adalah Mahasiswa. Seharusnya melakukan aksi-aksi cerdas sehingga tidak mengganggu kepentingan publik. Masyarakat tidak lantas menjadi resah, malah bersimpati dan memberikan dukungan terhadap perjuangan Mahasiswa.
Tapi, ada hal yang cukup menggelitik di hati saya. Sebagai orang yang berasal dari Sulawesi, saya cukup merasa aneh dengan setiap pemberitaan yang dilancarkan oleh media. Disepanjang sejarahnya, media begitu bersemangat mengangkat berita aksi-aksi anarkis jika itu berasal dari Sulawesi. Pemberitaan jadi tidak berimbang. Media telah berhasil mencitrakan masyarakat Sulawesi sebagai orang-orang yang suka pada kekerasan, aksi brutal, tawuran dan sejumlah perilaku tidak mengenakkan lainnya. Ada apa dibalik semua ini???
Jujur saja, saya cukup gelisah dengan perangai kurator media ketika sudah bersinggungan dengan berita seputar Sulawesi. Ah, mungkin hanya perasaan saya saja. Wallaahu’alam..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar