Lagi-lagi aku hanya bisa terdiam. Diam dan diam adalah jawaban yang selalu kuanggap bisa difahami oleh orang-orang yang kusayangi akan kekalutan, kegalauan dan ketidakberpihakan hatiku dalam menghadapi realitas. Aku hanya manusia biasa, fahamilah!!! Aku tau akan kasih sayang yang kalian berikan adalah tulus tak bertepi. Aku sangat sadar dengan kesabaran kalian menghadapi setiap kelemahan dan kekuranganku. Tapi, lihatlah juga, rasakanlah betapa kerasnya usaha yang kulakukan untuk kembali bisa memahami dan memaklumi kalian.
Bila tiada cinta dan ikatan hati yang kuat diantara kita, manalah mungkin ada hujan air basah menjalari hati? Bilakah tiada asa dalam kebaikan persangkaan untuk setiap waktu yang telah kita habiskan bersama? Aku di sini, selalu dengan cinta yang penuh mengisi kalbu.
Mengapa begitu sulit bagi kita untuk meletakkan setiap perbedaan diantara kita untuk dirangkai indah seperti pelangi? Mungkinkah warna itu terlalu banyak hingga mata mulai tak dapat membedakan keindahan dan kesalahfahaman yang menutupi? Mengapa tidak membiarkan hati-hati kita saja yang menjembatani rasa bila itu bisa menjadi sedikit penawar untuk setiap torehan luka yang tercipta.
Aku menangis, hatiku menjerit dalam putus asa, rongga dada ini begitu sempit di tubuh ringkihku yang memendam duka. Jalanku begitu sulit tuk terlalui, hanya ditemani fatamorgana yang tak kunjung berujung dengan satu jawaban pasti. Lara asaku menguasai dalam sembilu getirnya hati. Jauh dari kemaafanmu adalah duka lara yang menyengsarakan jiwaku.
Aku hilang dalam kelamnya perasaan rindu yang membuncah. Masihkah kalian meragukan rasaku? Lalu apa yang harus aku lakukan untuk membuat kalian percaya? Katakanlah!!! Lelah langkahku mengarungi samudera hatimu, letih jiwa ragaku mengharap setitik rasa rindumu. Pahit rasa hatiku menerima penolakan dan keraguan kalian. Aku menangis, lihatlah!!!
Kesedihan ini telah mengaliri setiap sendi dalam tubuhku, menjadi darah yang mendaging di hidupku. Wajah ini tak mampu lagi menyembunyikannya dalam senyum renyahku. Tak ada hari yang begitu berat tuk terlalui jika selalu dalam rengkuhan kalian. Kini, bukan hanya ragaku yang lepas dari rengkuhan kalian tapi pelahan kurasakan hatiku mulai goyah dalam rengkuhan itu. Aku mohon, janganlah biarkan hati ini ikut pergi bersama ragaku. Biarkan ia tinggal tetap mengisi ruang yang ada untukku, tak tergantikan untuk selamanya. Karena rengkuhan itulah rumah jiwaku, rumah tempat kembali untuk hatiku yang lelah.
Maafkan untuk setiap kesalahanku, maafkanlah setiap kenakalanku, ampunkanlah keegoisanku, lupakanlah sikap sikap ketidakdewasaan yang kutunjukkan kepada kalian. Cukupkanlah cinta ini sebagai pelebur dosaku. Hidupku kacau tanpa kalian. Arahku hilang jika kalian tak menutun jalanku. Janganlah perbedaan cara pandang ini membuat hati-hati kita semakin jauh. Berikan waktu untuk kembali menata hati dan fikiran agar bara cinta ini tak pernah kehilangan panasnya. Terimalah diamku!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar