Masih mau bercerita tentang Nenek. Tapi kali ini ceritanya lucu. Silahkan pemanasan dulu, nyengirlah secara simetris, 2cm ke kiri, 2cm ke kanan. Keluarkan suara dengan nada sama dan dengan vokal; ha ha ha... hi hi hi.. hu hu hu.. he he he.. ho ho ho... Sudah? *Mau aja tak bodo2in...
Ceritanya gini... Pada suatu hari yang telah lama, udah lamaaaaaaaaaaaaaaa sekali. Waktu itu saya masih imut-imut kaya cemut dan suka bikin kepala jadi cenat – cenut karena tidak nurut sama nenek buyut. Hehehe.. SMP deh klo ga salah..
Waktu itu, nenek lagi gunting kukunya, bukan ngegunting deh, tapi motong kuku pake silet. Ente bayangin aje tuh, ada nenek-nenek tua yang lagi potong kuku. Hmmm...
Tapi ada yang aneh dan tidak biasa dari pemandangan itu. Nenek nangis dengan air mata bercucuran dan sedikit merintih kesakitan.
Kemudian saya menghampirinya, “nenek kena....pa?” Mata saya membelalak demi melihat darah yang penuh di hampir semua jari kaki dan tangannya. “Kok bisa gini nek? Sini, biar saya yang potong kukunya.” Saya kemudian mengambill tissue dan membersihkan darahnya.
“Dak papa, memang harus seperti ini klo potong kuku. Tidak boleh kalau tidak mengeluarkan darah, ini sunnah.” Kata nenek santai.
“Apa? Memangnya siapa yang bilang nek?” Tanyaku penasaran.
“Nabi...”
“What???? Hahahaha....” Tepok jidat...
Mendengar nenek bilang klo itu kata Nabi, dugghh jadi dak nahan tertawa terbahak-bahak di depannya. Meskipun waktu itu saya masih imut-imut tapi saya juga sudah bisa cukup faham klo itu adalah perbuatan aniaya sama diri sendiri.
Tapi, sejak peristiwa itu nenek sudah mengganti cara potong kukunya. Saya berhasil meyakinkannya untuk potong kuku ala saya yang sebenarnya cara ini saya contek dari nenekku yang lainnya lagi.
Nenek.. Dimana-mana nenek-nenek memang tetap nenek-nenek... hahaha..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar