Bandara Hang Nadim Batam nampak begitu sibuk hari ini, kulihat jam di HP-ku menunjukkan pukul 12.30 WIB. Tepat di ruang tunggu aku memandangi setiap pesawat yang silih berganti lepas landas. Sudah 1 jam menunggu dan masih menyisakan se-jam lagi pemberangkatan Batam – Jakarta untuk Maskapai Penerbangan Garuda. Wajah cantik Vivi semakin jelas membayang di pelupuk mata, lentik jemarinya seakan membelai-belai rambutku yang ikal. Kurindukan senyum manisnya, tatapan matanya dan suara manjanya yang selalu bisa meluluhkan hatiku. Aku selalu senyum-senyum sendiri kala membayangkan wajahnya.
Tit..tit..tit.. HP-ku berbunyi, 1 pesan diterima. “Udah berangkat lo? Sukses yah!”. Aku tersenyum membaca sms Mila. “Sukses juga deh dengan prosesi ta’arrufnya. Wkwkwkwk!!!”. Balas sms-ku pada Mila. Hmmm.. Tepat di waktu yang sama, Mila juga akan memutuskan siapa yang akan menjadi soulmate-nya kelak habis Ashar nanti. Aku pun berencana langsung menemui Vivi ke rumahnya segera setelah sampai di Jakarta.
*****
Mila : “Bro, doakan gw yah ato dukung gw ato apalah kira-kira konstribusi yang bisa elo berikan demi terciptanya Rumah Tangga SAMARA buat gw”.
Aku : “Emangnya elo udah mau nikah? Alhamdulillah, akhirnya ada juga kaum gw yang khilaf ngelamar elo. Hahaha..”
Mila : “Waaahhh.. Jahat lo yah, masa bilangnya gitu sih ke gw?”
Aku : “Who is the unlucky man, sizt?”
Mila : “Ah.. resek lo”...
Aku : “Hahaha, iya deh. Selamat. Kapan lamarannya?”
Mila : “Blum lamaran, kemaren kami baru abis ta’arruf gitu. 2 minggu dari sekarang aku harus memutuskan, mau lanjut ato gak”.
Aku : “Oh..Gitu, ya wes. Smoga elo dapet yang terbaik buat hidup elo deh. Amin! Eh, doakan gw juga yah. Gw mau ke Jakarta, tepatnya 2 minggu ke depan juga. Tiket sudah di tangan.
Mila : “Ngapain?”
Aku : “Jangan bilang sama siapa-siapa yah, gw mau melamar Vivi”
Mila : “What???” Vivi yang mantan lo 2 tahun lalu itu yah? Sejak kapan kalian jadian lagi?”
Aku : “Weitsss...tenang non. Kami gak jadian kok, bahkan sampe sekarang kami blum pernah ada komunikasi lagi sejak putus. Tapi gw mau ngasih surprize buat Vivi. Dan aku yakin dia gak bakal menolakku”.
Mila : “PeDe banget lo.. Udah siap patah hati tuk yang ke-dua kalinya gak?”
Aku : “Mesti PeDe dong, secara...semua yang diinginkan Vivi sekarang sudah ada padaku”.
Mila : “Astaghfirullah...Kayaknya lo mesti lurusin niat elo deh Rif. Elo mau nikah apa mau mengulang masa lalu? Elo mau nyari istri yang bisa membanggakan kamu di hadapan Allah kelak ato istri yang hanya bisa membanggakan kamu di depan teman-teman kamu karena kecantikan dan kemolekan tubuh yang dimilikinya? Elo kan udah tau dari awal sampai khatam karakter Vivi gimana, gak mungkin dia memilihmu”.
Aku : “Tapi aku sangat mencintainya Mil”
Mila : “Terserah elo aja bro. Gw gak mungkin melarang elo. Tapi klo saran gw sih, mikir-mikir lagi deh. Atau cari kek teman perempuan elo yang kira-kira masuk dalam kriteria elo, tapi bukan Vivi loh yah..”.
*****
Vivi, primadona kampus, gadis tercantik yang pernah hadir mengisi hari-hariku sejak kami sama-sama mengambil studi S-2 Project Management di salah satu Perguruan Tinggi di Bandung beberapa tahun silam. Dikumpulkan dalam satu kelompok penelitian bersama 3 orang lainnya, salah satunya adalah Mila yang juga teman kuliahku selama 5 tahun S-1, 1 tahun kerja di perusahaan yang sama, sama-sama mendapatkan Beasiswa di Jurusan yang sama dan sekarang 2 tahun kembali bekerja pada perusahaan yang sama pula. Hampir semua temanku bilang kalo Vivi menyukaiku karena ke-enceran otakku, tapi aku tidak pernah peduli bahkan tidak mau tahu. Mila juga sesekali mengingatkanku dan menasehatiku. Tapi tetap saja usaha sahabatku yang akhwat ini tidak bisa mengubah pendirianku.
*****
Entah mengapa aku lebih banyak kefikiran Mila akhir-akhir ini, ada perasaan takut kehilangan yang menghampiri sejak dia memberi tahu kabar proses ta’arrufnya. Kata-kata Mila saat Chating terakhir itu membuatku selalu berfikir. Namun hasratku pada Vivi juga semakin membuncah. Bila dirunut sampai ke palung hati, aku sendiri bingung dengan perasaanku pada Vivi. Masihkah itu perasaan cinta atau ambisi dan obsesiku saja. Lelaki mana yang tidak akan membusungkan dada bila berjalan didampingi oleh Vivi. Kesempurnaan fisik menutup semua kekurangannya. Sedangkan Mila... Mila jauh dari kriteria yang kuinginkan. Rifky Arya Putra, lelaki terganteng dan terkeren sejagad, smart, sukses, diingini oleh semua wanita cantik, tapi mendapatkan istri Ustadzah. Ahhh...bisa hancur reputasi gw.
*****
Tak terasa Pesawat akan segera berangkat, semua penumpang menuju gate pemberangkatan. Aku masih duduk terpaku, tiba-tiba perasaan bimbang menyelimuti hatiku. Seakan muncul kesadaran di dalam hati dan fikiranku. Aku tahu apa yang kuinginkan saat ini. Aku segera bangkit dan bergegas pergi, aku keluar dari gedung bandara dan mengambil Taxi. Aku membatin, Mila.. Mengapa aku begitu buta selama ini, mengapa aku tidak pernah menyadari perasaanku padamu. Kebaikanmu, ketulusanmu, kedewasaan dan senyummu selalu menyempurnakan hariku.
*****
Aku mengetuk pintu rumah Mila, tidak sabar lagi rasanya tuk mengungkapkan semua isi hatiku. “Assalamu’alaikum... Mila.. Mil”. “Wa’alaikum salam, tunggu..” terdengar suara Mila dari balik pintu. Mila : “Loh, bukannya elo udah berangkat ke Jakarta?”. Tanya Mila keheranan saat melihatku di balik pintu.
Aku : “Iya, seharusnya. Tapi ada beberapa hal yang pengen gw tanyain ke elo”.
Mila : “Apa?” Mila balik bertanya.
Aku : “Apa keputusan elo tentang proses ta’arrufmu itu?”
Mila : “Yeee..mau tauuuu aja..”
Aku : “Mil, kita menikah yuk. Kamu kan baru ta’arruf, belum dikhitbah”
Mila : “Apa? Tolong diulang sekali lagi Rif!!!”
Aku : “Mila Handini Dinata, maukah engkau menikah denganku?”
Plaaaakkk...Plaaakkk
*****
Astaghfirullah... Aku terbangun sambil memegang ke-dua belah pipiku. Alhamdulillah, ternyata hanya mimpi. Aku bangkit dari tempat tidur dan menuju cermin. Kupandangi wajahku dengan seksama, subhanallah.. Aku memang ganteng. Hmmm... Mila, mungkinkah kita bisa menjadi sahabat yang halal selamanya???
Batam, 21 September 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar