10 Okt 2013

A Half of Me is You

Rasanya… baru kemarin Umi mengenal Abi, tapi sudah seperti pernah hidup bersama Abi seumur hidup Umi. Abi beberapa kali mengalami de javu, seakan apa yang kita lakukan sudah pernah terjadi di masa lalu. Abi tau kenapa? Karena Umi telah mencintai Abi jauh sebelum kita bertemu…
Umi tiba-tiba menjadi seorang pemarah, seolah-olah semua yang Abi lakukan selalu salah di mata Umi. Bukan itu maksud Umi, Abi!!! Umi hanya belum tau bagaimana mengelola perasaan Umi terhadap Abi. Jika perasaan ini adalah gunung, maka dia adalah letusan yang menyemburkan lahar panas ke bumi. Jika perasaan ini adalah lautan, maka dia adalah tsunami dengan gelombang besar yang sulit Umi bendung. Umi menjengkelkan yah, Bi???
Abi pernah bilang, “Abi tidak bisa dan tidak akan pernah bisa marah sama Umi, karena Abi sangat menyayangi Umi”. Oh Abi… ingin kupeluk dirimu seketika itu meskipun dalam marahku. Abi memang tidak perlu marah. Kenapa? Karena marah itu menyesakkan dada dan bisa meledakkan batok kepala…
Abi selalu minta maaf, bahkan ketika salah itu ada pada Umi. Abi… bukankah dari awal Umi sudah katakan bahwa selalu ada maaf yang tak terhingga untuk Abi kecuali satu hal dan Abi tau itu. Sayangnya, Umi tidak terbiasa minta maaf, tapi Umi akan belajar, Bi…
Umi sayang Abi. Ah… sesungguhnya perasaan Umi terhadap Abi sudah tidak bisa diwakili oleh kata seperti “sayang” dan “cinta”. Perasaan ini lebih tinggi dari apa yang Umi bisa ungkapkan dan tunjukkan pada Abi. Allah menjadi saksiku…
Umi tidak akan pernah menghapuskan dalam ingatan setiap tetes keringat yang Abi keluarkan demi menghalalkan Umi jadi teman Abi. Betapa celakanya Umi jika melupakan hari-hari perjuangan Abi mengumpulkan rupiah demi rupiah untuk biaya pernikahan kita. Siang malam Abi bekerja. Ah, bukan itu saja. Dari jam 2 dini hari Abi sudah mulai bekerja, berangkat ke pasar untuk menjemput rezeki. Sepulang dari pasar Abi masih bekerja, entah itu angkat-angkat pisang warga atau membawa orderan jasa pengangkutan barang. Abi baru tiba di rumah malam hari dan Abi belum istirahat karena masih menunggui rental Video Game tutup. Itu berat, Umi tau.
Abi pernah bertanya, “tidak malukah Umi mempunyai suami yang hanya penjual sayur???”. Abi… Umi tidak pernah memandang apa pekerjaan Abi, Umi hanya ingin diberikan rezeki yang HALAL. Cukup!!!
Betapa hinanya Umi jika tidak menghargai pengorbanan Abi selama ini. Abi datang jauh-jauh dari Papua menuju Makassar demi menemui orang tua Umi. Bahkan, Abi membawa keluarga besar Abi ke rumah. Berapa uang yang Abi habiskan saat itu? Berapa banyak waktu Abi yang terbuang saat itu? Bagaimana melelahkannya menempuh perjalanan jauh datang ke rumah orang tua Umi? Padahal saat itu Umi bukanlah siapa-siapa Abi yang berhak mendapatkan pengorbanan sebesar itu.
Abi… kita telah menikah, hampir 4 bulan kini. Ternyata baru seumur jagung yah, Bi. Pernikahan ini bukanlah hanya raga saja, Abi masih ingatkan bahwa kita juga sudah menikahkan jiwa-jiwa kita, bukan?
Jalan kita masih panjang, insya Allah. Mungkin suatu saat kita tidur saling memunggungi, tapi yakinlah bahwa hati Umi tetap dan selalu memeluk Abi. Umi ingin menjadi Ibu yang baik untuk anak-anak Abi kelak, Umi ingin tua bersama Abi dan Umi ingin Abi mendampingi Umi saat menghadapi sakratul maut nanti. 

Abi... tanpamu aku hanyalah seperti raga tak bernyawa. *Lebay... :) 

With Love - Umi -

3 komentar:

  1. Sebuah pernikahan bukan hanya butuh cinta, tapi yang terpenting adalah penerimaan atas semua kekurangan pasangan kita. Kenapa saya hanya bicara kekurangan?? karena menerima kekurangan itu jauh jauh jauh lebih sulit daripada menerima kelebihan pasangan kita (pengalaman pribadi).
    Semoga Allah merahmati pernikahan kalian...sehingga menjadi keluarga sakinah mawaddah wa Rohmah serta menjadi bagian dari kaum yang melahirkan generasi mulia.

    BalasHapus
  2. Iya mbak... Dari awal suami sering tegaskan itu, menikah itu bukan ttg cinta atau tdk cinta, tapi tentang tentang tanggung jawab atas satu sama lain.

    Kami masih beradaptasi mbak, ada banyak kekurangan sy yg baru suami ketahui begitupun sebaliknya.

    Makasih doanya mbak, doa yg sama buat keluarga mbak Henoy jg :)

    BalasHapus