Gak berasa, 10 Ramadhan sedang membersamai kita di hari ini. Apa kabar Iman? Masihkah ia melemah? Atau semakin menaikkah kadarnya? Semoga Allah merahmati kita dengan kebaikan Iman dan Akhlak yang mulia. Ramadhan terlalu indah tuk dilalui tanpa memberi berjuta makna di langit jiwa.
Di kantor lagi senggang banget, jadi kepikiran tuk nulis lagi. Udah hampir sebulan gak melakukan corat-coret di my sweatest blog. Kali ini temanya tentang kabar iman, tentang imanku dan imanmu mungkin. Melemahkah, atau menguatkah ia selama Ramadhan ini.
Ada yang bilang, klo iman itu ibarat sebuah deretan gunung. Ada yang tinggi, ada pula yang rendah. Tidak sama rata lah penampakannya. Begitupun dengan kondisi iman. Tapi klo dirasa-rasa, kondisi iman itu hanya ada dua, makin membaikkah atau malah makin memburuk. Klo kondisi stabil, hmmm...kayaknya ga ada deh. Atau ada yang merasa saat ini imannya stabil-stabil aja? Klo iya, jangan lupa lapor sama pak RT yah (loh, apa hubungannya? Hehehe)
Saya yakin, setiap kita di dunia ini pasti pernah merasakan imannya lagi tinggiiiiiiiiii banget. Nah di saat itu ibadah akan terasa nikmat, lisan jadi kekontrol, dan hidup rasanya adem ayem meskipun cobaan datang silih berganti, istilahnya, hidup gak bakalan nikmat klo ujiannya cmn segede biji sawi. Tapi, klo si iman lagi down, semuanya bakal terasa berat. Bahkan ngangkat nasi ke mulut aja rasanya mo ngangkat 1 ton beras. Hati gampang emosian, nasehat baik dianggap kritikan pedas dan kebiasaan buruk yang dilakukan kembali malah terasa nikmat. Minim rasa bersalahnya, malah suka menyalahkan orang lain, deelel.
Sebenarnya lemah adalah hal manusiawi, termasuk lemah iman. Dalam Al-Qur’an Allah sudah mengatakan bahwa manusia itu sesungguhnya lemah. Kita lemah, serba kekurangan, suka bergantung sehingga memerlukan tempat tuk bergantung yang lebih kuat dan agung. Persoalannya; pada siapa kita sandarkan harapan kita, pada siapa kita tujukan segala keluhan dan keresahan jiwa kita dan pada siapa kita meminta pertolongan. Jangan sampe harapan itu kita sandarkan pada pohon Beringin tuk ngurus diri-diri kita, trus klo lagi sedih dan punya seabrek masalah ngadunya sama si mbah Facebook, and pas lagi butuh pertolongan, mintanya sama ketik REG (sapsi) UstadCinta kirim ke neraka...Ckckckck, sungguh terlalu.
Jadi lemah iman itu bukanlah suatu penyakit, soalnya obatnya gak ada dijual di apotek. Tapi bukan berarti lemah iman itu tidak ada penawarnya. Klo kita mau ambil sisi positifnya, lemah iman itu adalah sebuah kenikmatan loh, kenapa? Karena di saat itulah kita akan merasakan kerasnya berjuang, mengiba dan mengemis di hadapan Allah untuk meraih cinta-Nya. Coba klo gak, pasti usaha kita gak akan sekeras itu. Iya kan?
Nah, mumpung masih Ramadhan nih. Momen-momen indah tuk berkhalwat ma Allah lagi banyak-banyaknya neh. Sampe pahalapun di obral sama Allah. So, mari kita maksimalkan usaha kita tuk meraih simpati-Nya. Gratis kok, gak pake modal duit. Modal niat dan kemauan dah cukup. Gak pake repot bin ribet. Nikmati aja prosesnya, masalah hasil itu urusan belakangan. Kekuatan iman memang hasil, ketenangan, keikhlasan, keteguhan hati, jiddiyah juga hasil, tapi semua itu hanya bisa kita peroleh dari kesungguhan doa-doa kita, munajat kita di sepanjang malam dan setiap tangisan-tangisan kita yang mengiba pada-Nya.
Bawalah Allah dalam hatimu, selalu. Karena setiap yang kita miliki hari ini dan yang akan datang pasti akan meninggalkan kita, kecuali Allah. Yaa..Allah lindungilah setiap langkah kami, janganlah Engkau biarkan kami tersesat setelah Engkau beri nikmat iman. Karena hanya kepada-Mulah kami menggantungkan segala asa.
Wallahu’alam
Batam, 10th August 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar